BUKAN HAK MILIK




Sudah menjadi kebiasaan Bu Nadi minta di antar ke pasar kalau mau ada hajatan. Pagi itu Pak Ahmad ditunggu sepeda motor setia di garasi. Ia mengeluarkan sepeda dari garasi dan menstater untuk memanasi mesin. 

Bu Nadi sudah siap di depan rumah. Mulai disetirlah sepeda motor oleh suaminya. Perjalanan ke pasar yang sudah mulai masuk musim hujan terasa dingin sekali. Kabut pagi seakan kerasan berterbangan di udara. Kabut tak mau peduli perasaan orang yang diselimuti, mungkin karena sang mentari juga kelihatan malas menampakkan wajahnya. Hal ini membuat kabut semakin kerasan.

Tibalah di pasar. Pak Ahmad tidak menitipkan sepedanya ke parkiran. Ia menunggu di depan toko servis lampu yang belum buka. Kebetulan di sebelah kanan tokok tersebut ada toko penggilingan pembuatan bahan pentol. Telah ada orang-orang yang telah menyiapkan segala kebutuhan untuk penggilingan. Semenit kemudian, petugas toko menyalakan mesin dan mulailah bahan dimasukkan.  Mesin bergerak berputar menggiling semua bahan pentol yang dimasukkan.

Sebelah kanan Pak Ahmad ada warung makan yang masih tutup, mungkin penjualnya masih belanja keperluan warung. selang lima menit, perempuan agak tua berkerudung datang dengan membawa belanjaan. Ia buka warung dan masuk dengan belanjaannya. 

Ibu tua keluar dari warung membawa sapu lidi dan keranjang sampah. Beliau menyapu sampah-sampah kecil di halaman warung. "Doni kok nggak masuk Jon ?" tanya ibu tersebut ke petugas parkir yang lagi duduk di atas sepeda motor yang di parkit. "Enggak Mbok, tidak tau kenapa ?", jawab tukang parkir samping memegang tas kecil untuk uang parkir.
"Apa meninggal, apa ada apa juga nggak tahu," lanjut dia.
"Memang meninggal tidak ada yang tahu Jon," kata ibu tua sambil menyapu.

Pak Ahmad melihat sepeda berbaris rapi di parkiran. Silih berganti sepeda keluar dari parkiran. Dan dengan ikhlas si tukang parkir mempersilahkan pemilik mengambilnya tanpa keberatan sama sekali. Pada hal sepeda yang di parkir ada yang super mahal dan itupun si tukang parkir tabah ikhlas membiarkan yang punya mengambilnya. Tukang parkir beranggapan itu memang bukan miliknya, jadi tidak ada hak untuk melarang yang punya untuk mengambilnya. Tukang parkir hanya mempunyai kewajiban menjaga semua sepeda yang dititipkannya dengan rapi dan terhindar dari pencuri.

Pak Ahmad berfikir, memang kehidupan di dunia ini cuma titipan. Apa yang diberikan Allah subhanahu wa ta'ala kepada kita hanya merupakan amanah yang harus dijaga. Manusia hanya mempunyai hak pakai bukan hak milik. Yang mempunyai hak milik hanya Sang Khalik. Sang Khalik berhak mengambil kapanpun dan dimanapun. Manusia harus ikhlas dan mau menerima bila harta bendanya sewaktu-waktu diambil Sang Khalik.

Memang manusia jika sudah lupa daratan, ia akan merasakan mempunyai hak milik atas hasil jerih payahnya. Sehingga ia menjadi kikir tidak mau mendermakan sebagian hartanya untuk kepentingan sesama. Manusia beranggapan apa yang dihasilkan merupakan hak miliknya. Sehingga sangat keberatan untuk melepasnya. Mari kita belajar dari Si tukang parkir sepeda yang dengan ikhlas melepaskan semua sepeda diambil sang pemiliknya, kapanpun dan dimanapun. 
Baca juga ini






Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGAPA HARUS MENULIS

SURGALAH UPAHNYA

KATA ADALAH SENJATA

PANDEMI MEMBAWA BERKAH

MIRIP SINYAL GAWAI

MENULIS SEMUDAH UPDATE STATUS

PUCUK DICINTA ULAM TIBA

BLOG MEDIA DOKUMENTASI

TIADA KATA TERLAMBAT

SANTRI SEHAT INDONESIA KUAT