PROSES DAN HASIL

 



Proses

Segala yang terjadi tentu melalui proses. Tidak ada yang tanpa proses. Kalau tanpa proses itu namanya sulap, cukup dengan “Sim salabim”. Proses yang diharapkan adalah proses yang sesuai dengan jalurnya, karena akan dihasilkan produk berkualitas dan berdaya saing tinggi. Jika proses yang dilakukan tidak melalui jalur yang benar maka hasil yang diharapkan tidak berkualitas dan tidak mempunyai nilai jual yang tinggi. Seperti ingin sukses belajar tidak mau melalui proses belajar tapi melalu jalur curang seperti menyontek saat ujian, maka kesuksesan yang diraih akan terasa semu dan lambat laut akan terseleksi alamiah.

 Proses pun ada yang panjang dan ada yang singkat, tergantung jenis produk yang diharapkan. Kalau membuat nasi goreng prosesnya cukup mungkin satu setengah jam, tapi beda lagi proses pembuatan gula, atau proses penulis sukses. Apalagi menjadi penulis sukses di media massa nasional atau internasional. Wah itu mah malah cukup panjang. Belum lagi proses menjadi guru berprestasi tingkat nasional. Jadi lamanya proses tergantung produk apa yang akan dihasilkan.

 Kang Encon berproses menuju prestasi saat di bangku SMP

Encon Rahman atau biasa dipanggil Kang Encon saat masih SMP mempunyai kesukaan ( hobby ) membaca koran dan majalah. Ia berpikir tulisan yang dimuat di koran sangat mudah. Memang sudah menjadi kebiasaan kita memandang mudah apa yang belum pernah kita coba. Seperti kita sering memaki pemain sepak bola yang gagal atau kurang fokus menendang bola ke gawang sehingga gagal menghasilkan gol. 

 Kang Econ awalnya tidak berani mencoba melakukan penulisan untuk koran dan majalah karena belum memiliki ilmunya, tidak tau cara, dan bagaimana yang harus dilakukan. Itulah pentingnya ilmu agar kita bisa berproses menuju yang diharapkan. Jangan main nekat tanpa ilmu, karena bisa jauh dari harapan.

 Perkembangan menulis Kang Econ saat duduk bangku SMP sebenarnya tidak terlalu meningkat. Kang Econ waktu itu lebih banyak hanya menuangkan tulisan-tulisan yang ditulis dan ditempelkan di majalah dinding osis. Beliau belum mempunyai informasi terkait bagaimana teknik menulis tulisan dikirim kepada koran atau majalah.

Kang Encon berproses menuju prestasi saat di bangku SPG

 Kegiatan menulis Kang Encon mulai berkembang ketika duduk di bangku SPG (Sekolah Pendidikan Guru) Negeri Majalengka tahun 1991. Sekolah yang waktu itu merupakan SPG terakhir  yang kemudian diganti SMA atau SMK sekarang. Beliau waktu itu sudah memiliki pengetahuan bagaimana teknik menulis untuk koran dan majalah, namun itupun sebenarnya masih tidak terlalu banyak pengetahuan cara menulis yang bagus.

 Kegiatan menulis Kang Encon masih mirip seperti yang dilakukan di SMP. Beliau waktu itu kembali menuangkan gagasan di majalah dinding yang disiapkan oleh sekolah. Kang Encon banyak menulis artikel, cerpen, sajak-sajak kecil, kemudian ditempel. Terasa ada kebanggaan dalam diri Kang Encon ketika banyak temannya membaca, melihat komentar dan mengapresiasi apa yang ia tulis.

 Pak Haji Entis yang mengetahui bakat terpendam Kang Encon waktu itu, menyarankan agar ia mengirim tulisan ke tabloid atau koran bukan hanya di majalah dinding. Itulah pentingnya seorang guru mengetahui bakat siswa agar bakatnya bisa tersalur. Tujuannya agar siswa bisa termotivasi untuk mengembangkan minat dan bakatnya demi masa depannya.

 Awalnya Kang Encon sebenarnya tidak ada keberanian, tapi gurunya selalu mendorong dan memotivasi untuk mencoba mengirimkan hal-hal mulai dari yang sederhana waktu itu. Kebetulan perpustakaan SPG berlangganan tabloid mingguan “Mitra Desa” namanya, yang merupakan grop Harian Umum Pikiran Rakyat Bandung. Di tabloid tersebut ada humor, sajak, dan kartun. Kang Encon mulai mengirim kartun ke tabloid Mitra Desa, dan alhamdulillah seminggu kemudian dimuat. Lalu ia mengirim humor-humor dan untuk cerpen belum berani. Banyak teman-temannya yang mengapresiasi dan mengetahui tulisannya di tabloid tersebut.  Apa yang ia kirim mendapatkan honor dari tabloid. Adanya apresiasi dan honor tersebut, maka mulailah ia menyenangi dunia tulis-menulis.

 Perkembangan berikutnya, mulailah ia berani mengirim cerpen dan tulisan-tulisan temannya yang berprestasi ke media yang sama. Semakin banyak pundi-pundi honor yang ia dapatkan dan waktu itu honornya melalui via wesel beralamat sekolah sehingga banyak gurunya yang  mengenal sebagi penulis, bahkan teman-temannya menjuluki wartawan. Kang Encon suka mengkliping tulisan-tulisan yang waktu itu di muat di tabloid Mitra Desa dan sampai sekarang masih tersimpan sebagai bukti fisik.

 Seiring perjalanan waktu yang berkembang , ketika banyak berinteraksi dengan teman teman yang sama hobinya menulis, sehingga bertambah pengetahuan dan  ilmu , mulailah Kang Encon mencoba mengirim tulisan ke induknya yaitu Harian Umum Pikiran Rakyat waktu itu dan alhamdulillah selalu di muat. Hanya waktu itu tulisannya beragam, mulai dari  cerpen, artikel ringan, dan sajak,

 Kang Encon berproses menuju prestasi saat di bangku kuliah

Lulus dari SPG, Kang Econ mengikuti tes sipenmaru (tes penerimaan mahasiswa baru) waktu itu dengan ongkos dari honor menulisnya. Tapi takdir berbicara lain, Kang Encon tidak lulus. Tidak lulusnya ia di tes sipenmaru tidak membuat kegiatan menulisnya kendor. Ia tetap berlanjut menulis. Di tahun-tahun berikutnya, Kang Encon mulai memberanikan diri mengirim tulisannya ke koran-koran nasional. Atas dorongan dari temannya yang mengatakan bahwa walau sering menulis di koran tapi jika tidak diimbangi dengan pendidikan alias gelar akan percuma, maka ia termotivasi untuk melanjutkan kuliah di Universitas Pasundan (UNPAS) di FKIP jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Ia mengambil jurusan tersebut karena ingin mengetahui apa yang diajarkan di jurusan bahasa dan sastra indonesia, bagaimana dasar pengembangan terkait kebahasan, etimologi, serta pengembangan keterampilan berbahasa waktu itu.

 Saat kuliah, Kang Encon termasuk di Bandung yang rajin menulis artikel walau masih serabutan. Termasuk jenis tulisan sajak, film, dan kartun. Honor dari hasil tulisannya, bisa ia pakai untuk  membayar uang kuliah dan hidup di Bandung. Kang Encon waktu itu bergabung dengan komunitas para penulis yang bernama Komunitas Balai Jurnalistik ICMI Bandung. Ia banyak belajar bagaimana cara menulis artikel dan cerpen yang baik sesuai kebutuhan koran.

 Hasil Kang Encon dari Proses Panjang

Kegemaran membaca Kang Encon sejak duduk di bangku SMP, kegemaran menulis tulisan ringan saat di SPG yang terpupuk terus sampai bisa menulis di tabloid Mitra Desa dan Harian Umum Pikiran Rakyat induknya. Dilanjut kegiatan menulis berbagai artikel, cerpen, dan tulisan-tulisan ke berbagai tabloid dan majalah saat kuliah di UNPAS. Ditambah adanya bukti-bukti fisik berupa kliping tulisan. Itu semua adalah proses panjang Kang Encon meraih kesuksesan. Diantara hasil kesuksesan Kang Encon :

a.       Bisa meraih gelar sarjana dengan biaya sendiri

b.      Sebagai guru berprestasi dan tahun 2017 sebagai guru penerima penghargaan internasional di Thailand

c.       Narasumber Bimtek cara menulis artikel populer untuk koran dan majalah tingkat nasional.

      Lalu bagaimana kita ?

Ini adalah pertanyaan yang perlu membutuhkan perenungan dalam, khususnya “saya”. Kenapa saya beri tanda petik ?. Mungkin yang membaca termasuk di dalamnya. Kita yang baru muncul keinginan menulisnya karena mungkin untuk menambah angka kredit bagi PNS, atau untuk menambah penghasilan tambahan jika dimuat di tabloid atau koran. Keinginan menulis yang muncul di saat usia sudah menjelang purna dan belum pernah terpupuk sejak masa-masa sekolah. Tapi tidak ada kata terlambat. Niat baik harus terus dibuktikan dengan kenyataan. Tidak boleh kendor. Yang berniat menulis di tabloid atau majalah ini ada tips dari Kang Encon :

Ø  Mulailah menulis di tabloid atau majalah ringan yang persaingannya sedikit atau tidak terlalu terkenal/ lingkup lokal, seperti propinsi.

Saya dulu pernah mengirim sebuah artikel di MPA (Majalah Pendidikan Agama) Kemenag Kanwil Propinsi. Alhamdulilah diterbitkan walau tidak mendapat honor, tapi ada kebanggaan tersendiri. Berikutnya saya kirim lagi tapi tidak diterbitkan, mungkin banyak persaingan.

Ø  Mulailah menulis yang ringan-ringan

Ø  Ketika sudah sering dimuat, barulah boleh merambah ke media nasional.

Ø  Tahan banting (tetap Istiqomah menulis)/ mental kuat. Ketika mencoba ke koran dan belum dimuat janganlah patah arang dan harus introspeksi diri. Tidak dimuatnya mungkin karena judul tidak sesuai harapan redaksi, tema yang diusung tidak mewakili pembaca, atau ide sudah diambil orang lain.

Ø  Sering membaca majalah atau koran yang lagi trend.

Ø  Sering membaca dan membuat kliping tulisan orang lain tentang tema-tema tertentu, misal tema hari ABRI tiap tanggal 5 Oktober, 17 Agustus, dan sebagianya.

Ø  Harus bergabung dengan komunitas menulis, alasannya kenapa ? Di saat mengalami kemalasan karena rajin mengikuti kegiatan maka akan muncul motivasi menulisnya.

 


 Kesimpulan

1.      Hasil tidak pernah mengkhianati proses. Gambaran proses Kang Encon yang telah lama mengalami proses menuju kesuksesan sebagai penulis koran dan majalah tidak bisa dilepaskan dari apa yang dialami sejak mulai duduk di bangku SMP.

2.      Tahan banting untuk selalu berusaha dan berusaha merupakan kunci yang utama menuju kesuksesan. Dalam istilah agama “Tidak Mudah Berputus Asa” dan tetap istiqomah.

Komentar

  1. makasih,,,kok belum pedas...hhhh...sukses

    BalasHapus
  2. Wueloook.....super panjang. Tp klo boleh usul, itu textbox nya suah dibaca. Mungkin kontras warna kurang pas. Klo huruf berwarna putih mungkin jelas terlihat

    BalasHapus
  3. Puanjaaaang....kompliiit. tapi itu textbox nya tdk jelas. Hampir tdk bs dibaca. Klo hurufnya putig mungkin lbh jelas terlihat

    BalasHapus
  4. oke makasih masukannya...salam sukses

    BalasHapus
  5. Saya suka yang distabilo kuning. Mantap resumenya

    BalasHapus
  6. Kalau saya lihat, kok kurang serasi ya Pak? Foto narasumber gedhe banget, tapi tulisannya kecil.

    Untuk gambar anak-anak panah itu, tulisannya kurang terbaca. Coba pakai warna putih saja agar lebih jelas.

    Pakai diblok kuning, bolehlah untuk memberi penekanan. Begitu saja sarannya Pak.

    BalasHapus
  7. Oke,, makasih p ketua pesannya,, segaja gede,, biar makin jelas gantengnya,,, hhh

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGAPA HARUS MENULIS

SURGALAH UPAHNYA

KATA ADALAH SENJATA

PANDEMI MEMBAWA BERKAH

MIRIP SINYAL GAWAI

MENULIS SEMUDAH UPDATE STATUS

PUCUK DICINTA ULAM TIBA

BLOG MEDIA DOKUMENTASI

TIADA KATA TERLAMBAT

SANTRI SEHAT INDONESIA KUAT