TAKDIR YANG TERTUNDA
Sehabis sholat shubuh ada kegiatan rutin yang biasa dilakukan oleh Hasan, yaitu belajar dan menghafal mata pelajaran tertentu. Setelah itu ia berolah raga ringan di samping rumah beberapa menit dilanjutkan dengan menyapu halaman dan menyiram tanaman bunga yang ia tanam. Ada kegemaran khusus Hasan dalam bertanam. Ia kadang-kadang suka mempraktekkan menyambung beberapa bunga dan tanaman buah rambutan. Keberhasilan dalam menyambung tanaman bunga ia kembangkan menyambung tanaman sayur seperti terong. Tapi untuk yang satu ini gagal dimungkinkan kurangnya ilmu tentang menyambung tanaman jenis sayur. Sehabis semua kegiatan kegiatan rutin tersebut, Hasan mandi untuk bersiap siap berangkat sekolah. Hasan sekolah di MA swasta yang berada di lingkungan pondok di wilayah Diwek.
Semangat yang menggebu dalam meraih cita-cita menjadi
seorang pegawai Biro Pusat Statistik membuat Hasan yang saat itu kelas XII diikutkan
les oleh kakak lelakinya yang bernama Sholah ke LBB terkenal se Indonesia
cabang Jombang. Les yang diikuti Hasan dalam rangka agar bisa masuk perguruan
tinggi negeri di wilayah Malang. Banyak buku buku modul yang ia peroleh
dipelajari, di samping soal-soal latihan. Di sekolah, Hasan masuk kelas A2
(Biologi) karena ia termasuk mempunyai kemampuan IPA yang cukup lumayan.
Teman-teman sekelas yang tinggal di pondok ada berasal dari Aceh, Riau, Bandung, Surabaya, dan Pasuruan.
Sebenarnya Hasan ingin tinggal di pondok tapi karena keterbasan ekonomi orang
tua, dimana bapaknya sebagai pekerja penggarap sawah tebu dan ibunya sebagai
pembantu rumah tangga di sebuah pondok di Cukir, membuat Hasan kalau ada
belajar kelompok di pondok hanya bisa tidur di kamar sebelah masjid pondok dan
pulang pagi. Kegiatan ini tidak tiap hari.
Saat pulang dari sekolah, Hasan harus menggembala kambing kambing ke sawah untuk makan rumput. Kadang-kadang di pinggir sungai sawah, sambil ia bawa buku untuk di baca dan dihafal. Panasnya terik matahari tidak membuat patah semangat dalam belajar dan cita cita masuk perguruan tinggi negeri. Kegiatan bimbingan belajar yang ia ikuti di LBB tidak tiap hari. Ia ke LBB di Jombang naik sepeda pancal yang dibelikan oleh kakaknya. Anak anak yang ikut di LBB ban
yak dari sekolah sekolah negeri ternama di Jombang, hanya Hasan yang dari sekolah pelosok desa. Di LBB ada bimbingan untuk konsultasi masuk jurusan dan PTN. Karena waktu itu anak anak yang ikut LBB banyak yang mengambil jurusan yang favorit seperti kedokteran, farmasi, HI, maka saya tekadkan saat konsultasi mengambil jurusan farmasi, tapi dari hasil tes uji coba hasil yang Hasan dapatkan selalu dibawah target sarat untuk bisa masuk jurusan farmasi.
Teriknya matahari tidak membuat Hasan patah semangat berangkat
ke LBB walau hanya naik sepeda pancal. Kadang-kadang Hasan merasa malu
berangkat memakai sepeda pancal ketika melihat teman-teman se LBB naik sepeda
motor, bahkan ada yang diantar mobil orang tuanya. Itu menyiasati hal tersebut
maka Hasan berusaha berangkat lebih awal dari teman-temannya agar mereka tidak
tahu Hasan berangkat naik apa. Dan ketika pulangpun Hasan mengakhiri pulangnya.
Sepeda yang ia naiki diletakkan agak tersembunyi dari parkir LBB. Yang paling
membuat tubuh ini berkeringat ketika berangkat ke LBB saat bulan puasa. Jika ke
LBB Hasan selalu dibawakan roti blunder dan minuman teh sebotol.
Besok
merupakan hari terakhir kesempatan untuk konsultasi jurusan dan PTN di LBB. Di
sekolah Hasan mendapat pelajaran aqidah akhlaq tentang rukun iman yang saat itu
membahas tentang qodho dan qodar. “Setiap manusia tidak mengetahui takdir yang
akan terjadi pada dia” kata Pak Ustadz. Manusia hanya bisa berusaha sebaik
mungkin, manusia boleh bercita cita setinggi mungkin tapi janganlah melupakan
Tuhan Sang Penentu Takdir. Karena itu manusia diwajibkan untuk berihtiyar lahir
dan bathin. Sebagai seorang siswa usaha lahir yang dilakukan adalah dengan
belajar sungguh sungguh dari berbagai buku dan latihan soal-soal, dengan
mengikuti tambahan belajar di LBB dan lain sebagainya. Usaha bathin yang
dilakukan siswa adalah dengan mengerjakan amalan ritual keagamaan, minimal ia
berdo’a kepada Tuhan meminta takdir yang terbaik buatnya. Sepulang dari
sekolah, Hasan melakukan sholat Dhuhur dan mempersiapkan diri untuk berangkat
ke LBB di kota. Kondisi musim hujan yang mulai tiba membuat Hasan harus
mempersiapkan jas hujan agar tidak kehujanan saat berangkat ke LBB di kota yang
jaraknya kurang lebih 10 km.
Hasan berangkat ke LBB dengan cuaca langit yang lagi mendung hitam yang siap turun hujan sewaktu-waktu. Hasan berpamitan ke orang tuanya, lalu sepeda pancal yang setia menunggu di rumah dia ambil dan diayuh. Seharian kegiatan yang dia jalani di sekolah tidak membuat lelah untuk terus menambah ilmu di tempat lain, yakni di LBB. Jalan desa yang waktu it
u belum beraspal masih banyak tanah berpasir bekas tersapu hujan sebelumnya membuat sepeda yang dia ayuh agak tersendat sendat, kadang-kadang sepedahnya hampir menabrak anak-anak yang sedang bermain pasir di tengah jalan. Jarak dari desa ke kota kecil yang beraspal sekitar hampir 2 km, begitu sampai di kota kecil yang beraspal Hasan mulai lega. Dia ayuh sepedanya dengan kencang agar sampai di LBB sebelum jam 14.00 WIB, karena LBB masuk jam 14.00 WIB. Sampai di LBB, Hasan meletakkan sepedanya di tempat parkir, dia menuju ke kamar kecil untuk membasuh dan mencuci mukanya karena habis perjalanan. Dia menuju teras LBB sambil membuka buku modul untuk persiapan mengikuti materi. Jam 14.00 WIB tepat, Hasan dan teman-temannya masuk mengikuti kegiatan les di LBB.
Pukul 16.30 WIB konsultasi jurusan dimulai, saat itu
Hasan mendapatkan giliran pertama. Hasan dipanggil oleh petugas untuk menghadap
ke guru pembimbing jurusan. Dalam diri Hasan berdebar-debar khawatir jurusan
dan PTN yang dia harapkan tidak tercapai, tapi dia yakin akan ada takdir
terbaik. Dia ingat pesan ustadz bahwa manusia boleh bercita-cita tapi Tuhan
yang menentukan. Hasan percaya akan ada takdir terbaik buatnya, yang penting
sudah berusaha lahir dan bathin. Hasan mulai duduk di kursi menghadap guru
pembimbing jurusan. Guru pembimbing jurusan mulai membuka berkas hasil tes
jurusan. Melihat hasil tes penjurusan terakhir Hasan, dia mengatakan beberapa
jurusan yang boleh atau bisa dimasuki, termasuk PTN mana yang bisa lolos. Hasan
mengangguk saja dan kelihatan dari ruat wajahnya ada rasa kecewa dan pucat.
Tapi dalam diri Hasan mengatakan mungkin ini takdir yang terbaik buatnya. Dia
mengikuti saran guru pembimbing untuk tidak memaksakan masuk jurusan farmasi
karena biasanya prediksi guru pembimbing di LBB itu kebanyakan pas. Pupus sudah
harapan Hasan yang bercita cita masuk jurusan farmasi, dimana dia ingin
menggeluti dunia obat-obatan, khususnya obat obat herbal.
Sepulang dari LBB, Hasan bersalaman ke orang tuanya dan
masuk kamar untuk mempersiapkan diri mandi dan sholat ‘isyak. Sehabis makan dan
sholat ‘isyak, Hasan masuk kamar dan merenungi kira-kira jurusan dan PTN mana
yang cocok dari daftar yang ditunjukkan guru pembimbing jurusan. Dia ingat
kalau dia dulu pernah bercita cita ingin menjadi pegawai BPS. Untuk bisa masuk
BPS maka jurusan yang mungkin bisa diambil adalah jurusan matematika non
pendidikan. Sambil ambil bantal dia berbaring lelah seharian belajar dan
akhirnya tertidur. Tepat jam setengah tiga ibunya membangunkannya untuk
melaksanakan sholat tahajjut. Ibunya selalu berpesan jangan pernah meninggalkan
sholat malam agar hidupnya sukses seperti yang di firman Allah SWT dalam QS Al-Isra
Ayat 79 yang artinya “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah
kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat
kamu ke tempat yang terpuji. Inilah yang memotivasi Hasan untuk selalu
mengistiqomahkan sholat tahajjud. Hasan bangun di tengah dinginnya sepertiga
malam untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat tahajjud, sehabis
sholat tahajjud ia mengaji Al Qur’an beberapa ayat kemudian membuka pelajaran
yang akan dipelajari di sekolah besok pagi.
Sudah menjadi kebiasaan pagi, Hasan
laksanakan kegiatan rutin olahraga ringan dan membantu orang tua. Sehabis itu ia
persiapan berangkat sekolah dengan berjalan kaki, karena jarak sekolahnya
sekitar 150 m. Tepat jam 07.00 wib semua siswa berbaris di halaman sekolah
untuk apel dan berdo’a. setelah apel dan doa pagi di halaman ada pengumuman
dari kepala madrasah tentang evaluasi tahap akhir nasional (EBTANAS) yang
kurang seminggu lagi. Hasan harus mempersiapakan lebih matang lagi untuk
menghadapi EBTANAS. Masuk kelas di mulai, jam pertama adalah mata pelajaran
Biologi yang di sampaikan oleh Pak Sunari. Pak Sunari juga sebagai wali kelas,
beliau mengingatkan kembali tentang persiapan anak anak dalam menghadapi
EBTANAS. Beliau berpesan agar anak anak didiknya untuk mengurangi kegiatan
kegiatan yang kurang penting untuk fokus menyiapkan diri menghadapi EBTANAS. Istirahat
telah tiba, Hasan biasanya ke masjid pondok untuk melaksanakan sholat dhuha. Ia
ingat pesan pak ustada bahwa jika rutin sholat dhuha kita akan mendapatkan
rizqi yang barokah. Untuk seorang pelajar akan mendapatkan keberkahan dan
kemanfaatan ilmu. Hasan sholat dhuha 4 rokaat dan berdo’a. Seteah itu ia
bersama teman temannya membeli jajan di kantin madrasah. Kadang-kadang dimakan
bersama sama temannya. Bel masuk kembali telah berbunyi, para siswa masuk kelas
masing masing dengan rapi. Pelajaran pelajaran silih berganti jam diikuti siswa
sampai tibalah waktu pulang. Sehabis keluar kelas, semua siswa diwajibkan
melaksanakan sholat dhuhur berjamaah di masjid pondok. Itulah kegiatan rutin
yang biasa Hasan laksanakan.
Tibalah saatnya memasuki hari hari
pelaksanaan Ebtanas bagi kelas akhir, Hasan menyiapkan diri dengan belajar dan
berdoa. Kegiatan rutin olah raga pagi agak dikurangi Hasan karena harus belajar
menghadapi Ebtanas hari itu. Berangkat pagi sekali ke sekolah ia lakukan agar
tidak ketinggalan saat pelaksanaan ebtanas. Dengan berdebar debar sebagai
peserta ebtanas rutinitas kegiatan pagi sekolah dilaksanakan dan ujian ebtanas
dimulai. Semua siswa masuk kelas sesuai nomor dan kelas masing masing. Pengawas
masuk dengan membawa soal ujian. Beliau salam dan membacakan tata tertib
peserta lalu membuka soal dan lembar jawaban untuk dibagiakan ke peserta. Tanda
bel mulai dibunyikan, peserta didik diijinkan membuka dan mengerjakan soal soal
ebtanas sampai tanda bel berakhir dibunyikan. Tiap hari hanya satu mata pelajaran
ebtanas yang diujikan. Kegiatan ebtanas berlangsung selama 6 hari. Sehabis
ebtanas hari terakhir ada pengumuman dari sekolah bahwa peserta ebtanas libur
mulai besok sampai pengumuman kelulusan. Di masa liburan ebtanas Hasan mencari
info pendaftaran masuk PTN. Di antar kakaknya
Hasan pergi ke Malang mencari info pendaftaran ujian masuk PTN. Ada tiga
pilihan dalam ujian masuk perguruan tinggi negeri, yaitu ipa, ips, dan ipc.
Hasan memutuskan ambil ipa.
Pengumuman kelulusan ebtanas telah
tiba, alhamdulilah Hasan dan teman teman dinyatakan lulus semua. Hasan
mendapatkan peringkat satu dengan nilai di atas rata rata temannya. Maklum
Hasan ditunjang mengikuti les di LBB ternama yang mana teman temannya tidak
satupun ikut les tambahan. Sebulan lagi ijazah akan diterima anak anak dan anak
anak mulai persiapan lanjutan. Ada yang melanjutkan kuliah, bekerja di pabrik,
dan ada yang melanjutkan mondok memperdalam ilmu keagamaan.
Seiring berjalannya waktu Hasan dibantu kakaknya melakukan perjalanan untuk daftar ke PTN di kota Malang. Persiapan ia lakukan termasuk mengenai syarat syarat yang harus dibawa. Pada saat ke madrasah untuk ambil ijazah ternyata ada kesalahan tulis nama madrasah, dan itu semua. Karena madrasah Hasan merupakan madrasah swasta yang bestatus terdaftar, maka untuk ijazah mengikuti MAN di kota. Jadi jika ada kesalahan makan mengurusnya ke madrasah satminkal kota. Dibantu kakaknya yang saat itu sebagai pegawai TU madrasah, Hasan diajak ke madrasah satminkal untuk minta surat keterangan sementara sebagai ganti ijazah sebagai syarat mengikuti ujian masuk PTN. Untuk mengurus surat keterangan ke madrasah satminkal membutuhkan waktu yang lama, karena banyak madrasah madrasah swasta yang mengurus ke madrasah satminkal. Sekitar jam 13.00 wib surat keterangan baru selesai dan diterima, Hasan dan kakaknya langsung mencari bis jurusan malang sehabis sholat dhuhur dan makan siang. Hampir setengah jam Hasan dan kakaknya menunggu bis dibawah terik matahari yang sangat panas karena musim kemarau. Dari kejauhan terlihat bis puspa mulai muncul, Hasan dan kakaknya mulai bersiap siap. Dengan hati berdebar debar khawatir pendaftaran ujian masuk PTN ditutup, Hasan naik bis dan ternyata tempat duduk telah penuh semua. Dengan terpaksa ia berdiri di pintu belakang berpegangan besi samping kondektur.
Hasan dan kakaknya baru dapat tempat duduk setelah perjalanan bis sampai di pertigaan Ngantang karena ada dua penumpang turun. Perjalanan ke kota Malang dari Jombang kurang lebih memakan waktu dua jam. Sesampainya di Terminal Landungsari, Hasan dan kakaknya turun dan antri masuk mikrolet. Dicarinya mikrolet kode LG yang biasa lewat di depan kampus yang dituju. Kemacetan terjadi karena waktu yang menjelang sore banyak mahasiswa pulang dari kampus. Hasan merasa cemas karena pendaftaran ditutup tepat jam 5 sore. Begitu turun dari mikrolet jam 16.55 wib, Hasan dan kakaknya langsung lari menuju loket pendaftaran yang sebentar lagi tutup. Tepat di depan loket petugas mulai menutup pintu, kakak Hasan mencoba berusaha bernegosiasi agar bisa diterima untuk daftar. Alhamdulillah dengan berbagai alasan yang dikemukakan kakaknya, syarat pendaftaran Hasan diterima petugas.
Walaupun dengan memakai surat
keterangan sebagai ganti ijazah yang salah, berkas Hasan diterima petugas. Naik
bis pulang ia jalani dengan senang dan gembira bisa berharap nanti pas ujian
tes masuk PTN bisa lulus. Ia mengambil
dua PTN dalam mendaftar. PTN pertama di Kota Malang ia mengambil jurusan
matematika non kependidikan dan PTN yang kedua ia mengambil di Kota Solo
jurusan pertanian. Ia sangat berharap bisa masuk PTN yang pertama, karena cita
citanya ingin menjadi pegawai BPS. Jika PTN pertama gagal, maka harapan PTN
kedua bisa terkabul, karena ia sebagai anak petani ingin memperdalam pertanian
yang lebih unggul dan maju.
Sebulan berlalu ujian masuk PTN akan
dilaksanakan, Hasan mulai mempersiapkan untuk mencari tempat kos sementara saat
tes masuk PTN. Alhamdulillah ada teman kakaknya di Malang yang rumahnya bisa
sementara ditempati. Hari Minggu pagi Hasan diantar kakaknya naik bis berangkat
ke kos temannya yang berada di barat kampus dimana Hasan nanti tes. Kondisi Malang
sebagai kota dingin membuat Hasan merasa mengantuk karena seharian melakukan
perjalanan. Tapi karena besoknya mau tes, Hasan masih menyempatkan membuka buku
buku pelajaran dan soal soal latihan. Banyak lalu lalang anak anak remaja di
sekitar kosnya. Rupanya mereka juga peserta tes masuk PTN yang mungkin juga
pesaing Hasan.
Matahari mulai memunculkan wajahnya
yang cerah dan segar sesegar hawa kota Malang yang sangat sejuk dan indah,
Hasan mulai persiapan menuju kampus tempat tes. Kebetulan tempat tesnya berada
di fakultas kedokteran. Dengan langkah yakin dan bisa mengerjakan soal soal
tes, Hasan berangkat dengan membawa alas dari LBBnya dan juga alat alat tulis.
Begitu masuk kelas tes, Hasan mencari nomor kursi tes dan akhirnya ketemu
kursinya. Kursi tersebut berada di depan meja pengawas tes. Mulailah pengawas
masuk dengan membawa soal tes, ia melalukan salam dan membacakan tatib tes. Lalu
soal dibagikan dan peserta sudah diperbolehkan mengerjakan. Tes masuk PTN
berjalan dua hari, hari pertama tes umum dan hari kedua tes penjurusan.
Hasan merasa lelah selama dua hari
tes PTN di kota Malang. Ia pulang ke Jombang sehabis waktu tes terakhir. Ia
berharap hasil tes yang dikerjakan bisa bagus dan lulus masuk PTN favoritnya. Sesampainya
di rumah Hasan menjabat tangan kedua orang tuanya, masuk kamar meletakkan
barang barang bawaan dan bersiap siap mandi, sholat dan makan. Setelah itu ia
ke ruang tengah bertemu saudara saudara dan orang tuanya menceritakan
pengalamannya selama di Malang.
Roni datang ke rumah Hasan
menanyakan tentang hasil tesnya. Kata Hasan apa sudah ada pengumuman. Roni
menjawab sudah lewat koran jawa pos di halaman terakhir. Seketika itu Hasan dan
Roni berusaha membeli koran tersebut walau tidak biasa membelinya. Akhirnya koran
tersebut berhasil ia beli dan dengan berharap harap cemas Hasan membuka koran
tersebut. Ia cari nama dia di pengumuman hasil kelulusan masuk PTN. Dari atas
sampai bawah ternyata tidak ada nama Hasan. Belum yakin, Hasan membaca dan
mencari lagi tapi belum juga ada namanya tercantum. Melihat namanya tidak ada,
dipastikan Hasan tidak lulus masuk PTN pilihan pertama dan kedua.
Pupus sudah harapan Hasan untuk
kuliah di PTN favorit. Hatinya kacau, seolah olah dunia ini mau jatuh
menimpanya. Hasil kerja keras belajarnya yang sampai kakaknya mengikutkannya les
di LBB ternama dengan biaya yang tinggi tidak bisa tercapai. Ia sangat malu
dengan kakaknya. Tapi apa boleh buat, manusia boleh bercita cita tinggi
Tuhanlah yang menentukan. Tapi masih ada tahun kedua untuk ikut tes masuk PTN. Sambil
menunggu mengikuti tes di tahun kedua, Hasan menyibukkan diri dengan bertanam
dan oleh kakaknya disarankan kuliah di PTS dengan mengambil jurusan matematika.
Ia disarankan kakaknya mencari informasi pendaftaran ke kota Jombang. Kakaknya menyarankan
untuk mendaftarkan diri dan mengikuti kuliah jurusan matematika.
Menginjak tahun kedua kesempatan tes
ke PTN, kakak Hasan menanyakan gimana mau daftar tes masuk PTN lagi apa tidak.
Hasan menjawab sudah merasa kerasan dan enak nyaman kuliah di PTS di Kota
Jombang. Maka oleh kakaknya Hasan diijinkan mengikuti kuliah di PTS tersebut
sampai selesai 4 tahun. Semua biaya kuliah ditanggung kakaknya yang kala itu
sebagai tenaga TU di PTS di Tebuireng. Tepat tahun 1999, Hasan wisuda dengan
gelar sarjana pendidikan (matematika).
Sehabis wisuda, kakaknya berpesan
bahwa ia harus sudah mulai mencari nafkah sendiri buat orang tua dan saudara
saudaranya. Hasan dengan percaya diri melamar sebagai guru matematika di MTs
swasta dan SMP swasta di Tebuireng. Alhamdulillah Hasan diterima di lima
sekolah swasta. Saat mengajar ke sekolah sekolah tersebut ia masih naik sepedah
pancal seperti saat kuliah. Gaji mengajar ia kumpulkan untuk bisa beli sepeda
motor. Selama hampir tiga tahun Hasan mengajar sebagai guru matematika.
Hasan juga mengajar di tempat yang
dulu ia sekolah. Menjelang tahun 2001 ada penawaran dari program Development
Madrasah Aliyah Project untuk guru guru madrasah mengikuti kuliah lagi dengan
syarat sudah S1. DMAP tersebut merupakan
program beasiswa dengan syarat lulus tes. Hasan mencoba mendaftar dan mengambil
jurusan pendidikan kimia di PTN keguruan di Kota Malang. Di tahun 2001, Hasan
diikutkan workshop metode pembelajaran di Selecta Malang yang kala itu ia
mewakili dari SMP swasta. Sela sela istirahat, ia mencoba ke kota Malang
melihat hasil tes bea siswa DMAP. Alhamdulillah ia lulus dan diterima kuliah. Menjelang
tahun ajaran baru ia berpamitan ke kepala sekolah dalam rangka kuliah ke Kota
Malang. Sebenarnya kakaknya tidak setuju kalau Hasan berpamitan dan keluar dari
SMP swasta di Tebuireng tersebut. Karena untuk masuk bisa menjadi pengajara di
sekolah tersebut sangat sulit dan lagi pula gajinya tinggi. Tapi dengan bekal
agama yang didapat dari sekolah, dalam diri Hasan berniat dan bertekad bahwa ia
keluar dari SMP swasta tersebut dalam rangka mencari ilmu dan pasti Allah SWT
akan mengangkat derajad orang orang yang berilmu.
Hasan teringat saat dulu ingin
kuliah di PTN tahun 1995 tapi gagal. Sekarang di tahun 2001 cita citanya baru
tercapai, bahkan dengan bea siswa. Ia semakin yakin dan mantap takdir Tuhan
pasti yang terbaik buat hambanya. Sebagimana ibu Nabi Musa as kala itu Nabi Musa
dihanyutkan ke Sungai Nil karena takut dibunuh Fir’aun. Ibunya berdoa kepada
Allah SWT agar bisa merawat dan bertemu kembali dengan putranya. Akhirnya dengan
ijin Allah SWT, Fir’aun membuat sanyembara yang mau menyusui dan merawat Nabi
Musa as. Maka terpilihkan ibu Nabi Musa as. Ibunya merasa bahagia dan semua
kebutuhannya dicukupi oleh Fir’aun. Sebagai manusia beriman kita tidak boleh
putus asa dalam berdo’a dan berusaha. Bisa jadi permintaan atau do’a kita yang
belum terkabul hari ini merupakan sesuatu yang terbaik untuk dikabulkan di
hari-hari berikutnya. Yang terpenting dalam diri kita harus selalu berbaik
sangka kepada Tuhan akan adanya takdir terbaik buat kita. Semoga tulisan ini
bermanfaat bagi kita semua…aaamiiin
Jombang, 3
oktober 2020
Masya Allah....runtut sekali..diksinya jg sangat bagus. Doakan sy bs spt bpk cara nulis n ngembangkan ide gagasan
BalasHapusMakasih komentarnya,,, semoga bpk/ibu dan kita bisa belajar menulis dan manfaat
BalasHapus