TAKDIR YANG TERTUNDA

            Sehabis sholat shubuh ada kegiatan rutin yang biasa dilakukan oleh Hasan, yaitu belajar dan menghafal mata pelajaran tertentu. Setelah itu ia berolah raga ringan di samping rumah beberapa menit dilanjutkan dengan menyapu halaman dan menyiram tanaman bunga yang ia tanam. Ada kegemaran khusus Hasan dalam bertanam. Ia kadang-kadang suka mempraktekkan menyambung beberapa bunga dan tanaman buah rambutan. Keberhasilan dalam menyambung tanaman bunga ia kembangkan menyambung tanaman sayur seperti terong. Tapi untuk yang satu ini gagal dimungkinkan kurangnya ilmu tentang menyambung tanaman jenis sayur. Sehabis semua kegiatan kegiatan rutin tersebut, Hasan mandi untuk bersiap siap berangkat sekolah. Hasan sekolah di MA swasta yang berada di lingkungan pondok di wilayah Diwek.

            Semangat yang menggebu dalam meraih cita-cita menjadi seorang pegawai Biro Pusat Statistik membuat Hasan yang saat itu kelas XII diikutkan les oleh kakak lelakinya yang bernama Sholah ke LBB terkenal se Indonesia cabang Jombang. Les yang diikuti Hasan dalam rangka agar bisa masuk perguruan tinggi negeri di wilayah Malang. Banyak buku buku modul yang ia peroleh dipelajari, di samping soal-soal latihan. Di sekolah, Hasan masuk kelas A2 (Biologi) karena ia termasuk mempunyai kemampuan IPA yang cukup lumayan. Teman-teman sekelas yang tinggal di pondok ada berasal dari  Aceh, Riau, Bandung, Surabaya, dan Pasuruan. Sebenarnya Hasan ingin tinggal di pondok tapi karena keterbasan ekonomi orang tua, dimana bapaknya sebagai pekerja penggarap sawah tebu dan ibunya sebagai pembantu rumah tangga di sebuah pondok di Cukir, membuat Hasan kalau ada belajar kelompok di pondok hanya bisa tidur di kamar sebelah masjid pondok dan pulang pagi. Kegiatan ini tidak tiap hari.

            Saat pulang dari sekolah, Hasan harus menggembala kambing kambing ke sawah untuk makan rumput. Kadang-kadang di pinggir sungai sawah, sambil ia bawa buku untuk di baca dan dihafal. Panasnya terik matahari tidak membuat patah semangat dalam belajar dan cita cita masuk perguruan tinggi negeri. Kegiatan bimbingan belajar yang ia ikuti di LBB tidak tiap hari. Ia ke LBB di Jombang naik sepeda pancal yang dibelikan oleh kakaknya. Anak anak yang ikut di LBB ban


yak dari sekolah sekolah negeri ternama di Jombang, hanya Hasan yang dari sekolah pelosok desa. Di LBB ada bimbingan untuk konsultasi masuk jurusan  dan PTN. Karena waktu itu anak anak yang ikut LBB banyak yang mengambil jurusan yang favorit seperti kedokteran, farmasi, HI, maka saya tekadkan saat konsultasi mengambil jurusan farmasi, tapi dari hasil tes uji coba hasil yang Hasan dapatkan selalu dibawah target sarat untuk bisa masuk jurusan farmasi.

            Teriknya matahari tidak membuat Hasan patah semangat berangkat ke LBB walau hanya naik sepeda pancal. Kadang-kadang Hasan merasa malu berangkat memakai sepeda pancal ketika melihat teman-teman se LBB naik sepeda motor, bahkan ada yang diantar mobil orang tuanya. Itu menyiasati hal tersebut maka Hasan berusaha berangkat lebih awal dari teman-temannya agar mereka tidak tahu Hasan berangkat naik apa. Dan ketika pulangpun Hasan mengakhiri pulangnya. Sepeda yang ia naiki diletakkan agak tersembunyi dari parkir LBB. Yang paling membuat tubuh ini berkeringat ketika berangkat ke LBB saat bulan puasa. Jika ke LBB Hasan selalu dibawakan roti blunder dan minuman teh sebotol.

            Besok merupakan hari terakhir kesempatan untuk konsultasi jurusan dan PTN di LBB. Di sekolah Hasan mendapat pelajaran aqidah akhlaq tentang rukun iman yang saat itu membahas tentang qodho dan qodar. “Setiap manusia tidak mengetahui takdir yang akan terjadi pada dia” kata Pak Ustadz. Manusia hanya bisa berusaha sebaik mungkin, manusia boleh bercita cita setinggi mungkin tapi janganlah melupakan Tuhan Sang Penentu Takdir. Karena itu manusia diwajibkan untuk berihtiyar lahir dan bathin. Sebagai seorang siswa usaha lahir yang dilakukan adalah dengan belajar sungguh sungguh dari berbagai buku dan latihan soal-soal, dengan mengikuti tambahan belajar di LBB dan lain sebagainya. Usaha bathin yang dilakukan siswa adalah dengan mengerjakan amalan ritual keagamaan, minimal ia berdo’a kepada Tuhan meminta takdir yang terbaik buatnya. Sepulang dari sekolah, Hasan melakukan sholat Dhuhur dan mempersiapkan diri untuk berangkat ke LBB di kota. Kondisi musim hujan yang mulai tiba membuat Hasan harus mempersiapkan jas hujan agar tidak kehujanan saat berangkat ke LBB di kota yang jaraknya kurang lebih 10 km.

            Hasan berangkat ke LBB dengan cuaca langit yang lagi mendung hitam yang siap turun hujan sewaktu-waktu. Hasan berpamitan ke orang tuanya, lalu sepeda pancal yang setia menunggu di rumah dia ambil dan diayuh. Seharian kegiatan yang dia jalani di sekolah tidak membuat lelah untuk terus menambah ilmu di tempat lain, yakni di LBB. Jalan desa yang waktu it


u belum beraspal masih banyak tanah berpasir bekas tersapu hujan sebelumnya membuat sepeda yang dia ayuh agak tersendat sendat, kadang-kadang sepedahnya hampir menabrak anak-anak yang sedang bermain pasir di tengah jalan. Jarak dari desa ke kota kecil yang beraspal sekitar hampir 2 km, begitu sampai di kota kecil yang beraspal Hasan mulai lega. Dia ayuh sepedanya dengan kencang agar sampai di LBB sebelum jam 14.00 WIB, karena LBB masuk jam 14.00 WIB. Sampai di LBB, Hasan meletakkan sepedanya di tempat parkir, dia menuju ke kamar kecil untuk membasuh dan mencuci mukanya karena habis perjalanan. Dia menuju teras LBB sambil membuka buku modul untuk persiapan mengikuti materi. Jam 14.00 WIB tepat, Hasan dan teman-temannya masuk mengikuti kegiatan les di LBB.

            Pukul 16.30 WIB konsultasi jurusan dimulai, saat itu Hasan mendapatkan giliran pertama. Hasan dipanggil oleh petugas untuk menghadap ke guru pembimbing jurusan. Dalam diri Hasan berdebar-debar khawatir jurusan dan PTN yang dia harapkan tidak tercapai, tapi dia yakin akan ada takdir terbaik. Dia ingat pesan ustadz bahwa manusia boleh bercita-cita tapi Tuhan yang menentukan. Hasan percaya akan ada takdir terbaik buatnya, yang penting sudah berusaha lahir dan bathin. Hasan mulai duduk di kursi menghadap guru pembimbing jurusan. Guru pembimbing jurusan mulai membuka berkas hasil tes jurusan. Melihat hasil tes penjurusan terakhir Hasan, dia mengatakan beberapa jurusan yang boleh atau bisa dimasuki, termasuk PTN mana yang bisa lolos. Hasan mengangguk saja dan kelihatan dari ruat wajahnya ada rasa kecewa dan pucat. Tapi dalam diri Hasan mengatakan mungkin ini takdir yang terbaik buatnya. Dia mengikuti saran guru pembimbing untuk tidak memaksakan masuk jurusan farmasi karena biasanya prediksi guru pembimbing di LBB itu kebanyakan pas. Pupus sudah harapan Hasan yang bercita cita masuk jurusan farmasi, dimana dia ingin menggeluti dunia obat-obatan, khususnya obat obat herbal.

            Sepulang dari LBB, Hasan bersalaman ke orang tuanya dan masuk kamar untuk mempersiapkan diri mandi dan sholat ‘isyak. Sehabis makan dan sholat ‘isyak, Hasan masuk kamar dan merenungi kira-kira jurusan dan PTN mana yang cocok dari daftar yang ditunjukkan guru pembimbing jurusan. Dia ingat kalau dia dulu pernah bercita cita ingin menjadi pegawai BPS. Untuk bisa masuk BPS maka jurusan yang mungkin bisa diambil adalah jurusan matematika non pendidikan. Sambil ambil bantal dia berbaring lelah seharian belajar dan akhirnya tertidur. Tepat jam setengah tiga ibunya membangunkannya untuk melaksanakan sholat tahajjut. Ibunya selalu berpesan jangan pernah meninggalkan sholat malam agar hidupnya sukses seperti yang di firman Allah SWT dalam QS Al-Isra Ayat 79 yang artinya “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. Inilah yang memotivasi Hasan untuk selalu mengistiqomahkan sholat tahajjud. Hasan bangun di tengah dinginnya sepertiga malam untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat tahajjud, sehabis sholat tahajjud ia mengaji Al Qur’an beberapa ayat kemudian membuka pelajaran yang akan dipelajari di sekolah besok pagi.

            Sudah menjadi kebiasaan pagi, Hasan laksanakan kegiatan rutin olahraga ringan dan membantu orang tua. Sehabis itu ia persiapan berangkat sekolah dengan berjalan kaki, karena jarak sekolahnya sekitar 150 m. Tepat jam 07.00 wib semua siswa berbaris di halaman sekolah untuk apel dan berdo’a. setelah apel dan doa pagi di halaman ada pengumuman dari kepala madrasah tentang evaluasi tahap akhir nasional (EBTANAS) yang kurang seminggu lagi. Hasan harus mempersiapakan lebih matang lagi untuk menghadapi EBTANAS. Masuk kelas di mulai, jam pertama adalah mata pelajaran Biologi yang di sampaikan oleh Pak Sunari. Pak Sunari juga sebagai wali kelas, beliau mengingatkan kembali tentang persiapan anak anak dalam menghadapi EBTANAS. Beliau berpesan agar anak anak didiknya untuk mengurangi kegiatan kegiatan yang kurang penting untuk fokus menyiapkan diri menghadapi EBTANAS. Istirahat telah tiba, Hasan biasanya ke masjid pondok untuk melaksanakan sholat dhuha. Ia ingat pesan pak ustada bahwa jika rutin sholat dhuha kita akan mendapatkan rizqi yang barokah. Untuk seorang pelajar akan mendapatkan keberkahan dan kemanfaatan ilmu. Hasan sholat dhuha 4 rokaat dan berdo’a. Seteah itu ia bersama teman temannya membeli jajan di kantin madrasah. Kadang-kadang dimakan bersama sama temannya. Bel masuk kembali telah berbunyi, para siswa masuk kelas masing masing dengan rapi. Pelajaran pelajaran silih berganti jam diikuti siswa sampai tibalah waktu pulang. Sehabis keluar kelas, semua siswa diwajibkan melaksanakan sholat dhuhur berjamaah di masjid pondok. Itulah kegiatan rutin yang biasa Hasan laksanakan.

            Tibalah saatnya memasuki hari hari pelaksanaan Ebtanas bagi kelas akhir, Hasan menyiapkan diri dengan belajar dan berdoa. Kegiatan rutin olah raga pagi agak dikurangi Hasan karena harus belajar menghadapi Ebtanas hari itu. Berangkat pagi sekali ke sekolah ia lakukan agar tidak ketinggalan saat pelaksanaan ebtanas. Dengan berdebar debar sebagai peserta ebtanas rutinitas kegiatan pagi sekolah dilaksanakan dan ujian ebtanas dimulai. Semua siswa masuk kelas sesuai nomor dan kelas masing masing. Pengawas masuk dengan membawa soal ujian. Beliau salam dan membacakan tata tertib peserta lalu membuka soal dan lembar jawaban untuk dibagiakan ke peserta. Tanda bel mulai dibunyikan, peserta didik diijinkan membuka dan mengerjakan soal soal ebtanas sampai tanda bel berakhir dibunyikan. Tiap hari hanya satu mata pelajaran ebtanas yang diujikan. Kegiatan ebtanas berlangsung selama 6 hari. Sehabis ebtanas hari terakhir ada pengumuman dari sekolah bahwa peserta ebtanas libur mulai besok sampai pengumuman kelulusan. Di masa liburan ebtanas Hasan mencari info pendaftaran masuk PTN. Di antar kakaknya  Hasan pergi ke Malang mencari info pendaftaran ujian masuk PTN. Ada tiga pilihan dalam ujian masuk perguruan tinggi negeri, yaitu ipa, ips, dan ipc. Hasan memutuskan ambil ipa.

            Pengumuman kelulusan ebtanas telah tiba, alhamdulilah Hasan dan teman teman dinyatakan lulus semua. Hasan mendapatkan peringkat satu dengan nilai di atas rata rata temannya. Maklum Hasan ditunjang mengikuti les di LBB ternama yang mana teman temannya tidak satupun ikut les tambahan. Sebulan lagi ijazah akan diterima anak anak dan anak anak mulai persiapan lanjutan. Ada yang melanjutkan kuliah, bekerja di pabrik, dan ada yang melanjutkan mondok memperdalam ilmu keagamaan.

            Seiring berjalannya waktu Hasan dibantu kakaknya melakukan perjalanan untuk daftar ke PTN di kota Malang. Persiapan ia lakukan termasuk mengenai syarat syarat yang harus dibawa. Pada saat ke madrasah untuk ambil ijazah ternyata ada kesalahan tulis nama madrasah, dan itu semua. Karena madrasah Hasan merupakan madrasah swasta yang bestatus terdaftar, maka untuk ijazah mengikuti MAN di kota. Jadi jika ada kesalahan makan mengurusnya ke madrasah satminkal kota. Dibantu kakaknya yang saat itu sebagai pegawai TU madrasah, Hasan diajak ke madrasah satminkal untuk minta surat keterangan sementara sebagai ganti ijazah sebagai syarat mengikuti ujian masuk PTN. Untuk mengurus surat keterangan ke madrasah satminkal membutuhkan waktu yang lama, karena banyak madrasah madrasah swasta yang mengurus ke madrasah satminkal. Sekitar  jam 13.00 wib surat keterangan baru selesai dan diterima, Hasan dan kakaknya langsung mencari bis jurusan malang sehabis sholat dhuhur dan makan siang. Hampir setengah jam Hasan dan kakaknya menunggu bis dibawah terik matahari yang sangat panas karena musim kemarau. Dari kejauhan terlihat bis puspa mulai muncul, Hasan dan kakaknya mulai bersiap siap. Dengan hati berdebar debar khawatir pendaftaran ujian masuk PTN ditutup, Hasan naik bis dan ternyata tempat duduk telah penuh semua. Dengan terpaksa ia berdiri di pintu belakang berpegangan besi samping kondektur.


Hasan dan kakaknya baru dapat tempat duduk setelah perjalanan bis sampai di pertigaan Ngantang karena ada dua penumpang turun. Perjalanan ke kota Malang dari Jombang kurang lebih memakan waktu dua jam. Sesampainya di Terminal Landungsari, Hasan dan kakaknya turun dan antri masuk mikrolet. Dicarinya mikrolet kode LG yang biasa lewat di depan kampus yang dituju. Kemacetan terjadi karena waktu yang menjelang sore banyak mahasiswa pulang dari kampus. Hasan merasa cemas karena pendaftaran ditutup tepat jam 5 sore. Begitu turun dari mikrolet jam 16.55 wib, Hasan dan kakaknya langsung lari menuju loket pendaftaran yang sebentar lagi tutup. Tepat di depan loket petugas mulai menutup pintu, kakak Hasan mencoba berusaha bernegosiasi agar bisa diterima untuk daftar. Alhamdulillah dengan berbagai alasan yang dikemukakan kakaknya, syarat pendaftaran Hasan diterima petugas.

            Walaupun dengan memakai surat keterangan sebagai ganti ijazah yang salah, berkas Hasan diterima petugas. Naik bis pulang ia jalani dengan senang dan gembira bisa berharap nanti pas ujian tes masuk  PTN bisa lulus. Ia mengambil dua PTN dalam mendaftar. PTN pertama di Kota Malang ia mengambil jurusan matematika non kependidikan dan PTN yang kedua ia mengambil di Kota Solo jurusan pertanian. Ia sangat berharap bisa masuk PTN yang pertama, karena cita citanya ingin menjadi pegawai BPS. Jika PTN pertama gagal, maka harapan PTN kedua bisa terkabul, karena ia sebagai anak petani ingin memperdalam pertanian yang lebih unggul dan maju.

            Sebulan berlalu ujian masuk PTN akan dilaksanakan, Hasan mulai mempersiapkan untuk mencari tempat kos sementara saat tes masuk PTN. Alhamdulillah ada teman kakaknya di Malang yang rumahnya bisa sementara ditempati. Hari Minggu pagi Hasan diantar kakaknya naik bis berangkat ke kos temannya yang berada di barat kampus dimana Hasan nanti tes. Kondisi Malang sebagai kota dingin membuat Hasan merasa mengantuk karena seharian melakukan perjalanan. Tapi karena besoknya mau tes, Hasan masih menyempatkan membuka buku buku pelajaran dan soal soal latihan. Banyak lalu lalang anak anak remaja di sekitar kosnya. Rupanya mereka juga peserta tes masuk PTN yang mungkin juga pesaing Hasan.

            Matahari mulai memunculkan wajahnya yang cerah dan segar sesegar hawa kota Malang yang sangat sejuk dan indah, Hasan mulai persiapan menuju kampus tempat tes. Kebetulan tempat tesnya berada di fakultas kedokteran. Dengan langkah yakin dan bisa mengerjakan soal soal tes, Hasan berangkat dengan membawa alas dari LBBnya dan juga alat alat tulis. Begitu masuk kelas tes, Hasan mencari nomor kursi tes dan akhirnya ketemu kursinya. Kursi tersebut berada di depan meja pengawas tes. Mulailah pengawas masuk dengan membawa soal tes, ia melalukan salam dan membacakan tatib tes. Lalu soal dibagikan dan peserta sudah diperbolehkan mengerjakan. Tes masuk PTN berjalan dua hari, hari pertama tes umum dan hari kedua tes penjurusan.

            Hasan merasa lelah selama dua hari tes PTN di kota Malang. Ia pulang ke Jombang sehabis waktu tes terakhir. Ia berharap hasil tes yang dikerjakan bisa bagus dan lulus masuk PTN favoritnya. Sesampainya di rumah Hasan menjabat tangan kedua orang tuanya, masuk kamar meletakkan barang barang bawaan dan bersiap siap mandi, sholat dan makan. Setelah itu ia ke ruang tengah bertemu saudara saudara dan orang tuanya menceritakan pengalamannya selama di Malang.

            Roni datang ke rumah Hasan menanyakan tentang hasil tesnya. Kata Hasan apa sudah ada pengumuman. Roni menjawab sudah lewat koran jawa pos di halaman terakhir. Seketika itu Hasan dan Roni berusaha membeli koran tersebut walau tidak biasa membelinya. Akhirnya koran tersebut berhasil ia beli dan dengan berharap harap cemas Hasan membuka koran tersebut. Ia cari nama dia di pengumuman hasil kelulusan masuk PTN. Dari atas sampai bawah ternyata tidak ada nama Hasan. Belum yakin, Hasan membaca dan mencari lagi tapi belum juga ada namanya tercantum. Melihat namanya tidak ada, dipastikan Hasan tidak lulus masuk PTN pilihan pertama dan kedua.

            Pupus sudah harapan Hasan untuk kuliah di PTN favorit. Hatinya kacau, seolah olah dunia ini mau jatuh menimpanya. Hasil kerja keras belajarnya yang sampai kakaknya mengikutkannya les di LBB ternama dengan biaya yang tinggi tidak bisa tercapai. Ia sangat malu dengan kakaknya. Tapi apa boleh buat, manusia boleh bercita cita tinggi Tuhanlah yang menentukan. Tapi masih ada tahun kedua untuk ikut tes masuk PTN. Sambil menunggu mengikuti tes di tahun kedua, Hasan menyibukkan diri dengan bertanam dan oleh kakaknya disarankan kuliah di PTS dengan mengambil jurusan matematika. Ia disarankan kakaknya mencari informasi pendaftaran ke kota Jombang. Kakaknya menyarankan untuk mendaftarkan diri dan mengikuti kuliah jurusan matematika.

            Menginjak tahun kedua kesempatan tes ke PTN, kakak Hasan menanyakan gimana mau daftar tes masuk PTN lagi apa tidak. Hasan menjawab sudah merasa kerasan dan enak nyaman kuliah di PTS di Kota Jombang. Maka oleh kakaknya Hasan diijinkan mengikuti kuliah di PTS tersebut sampai selesai 4 tahun. Semua biaya kuliah ditanggung kakaknya yang kala itu sebagai tenaga TU di PTS di Tebuireng. Tepat tahun 1999, Hasan wisuda dengan gelar sarjana pendidikan (matematika).

            Sehabis wisuda, kakaknya berpesan bahwa ia harus sudah mulai mencari nafkah sendiri buat orang tua dan saudara saudaranya. Hasan dengan percaya diri melamar sebagai guru matematika di MTs swasta dan SMP swasta di Tebuireng. Alhamdulillah Hasan diterima di lima sekolah swasta. Saat mengajar ke sekolah sekolah tersebut ia masih naik sepedah pancal seperti saat kuliah. Gaji mengajar ia kumpulkan untuk bisa beli sepeda motor. Selama hampir tiga tahun Hasan mengajar sebagai guru matematika.

            Hasan juga mengajar di tempat yang dulu ia sekolah. Menjelang tahun 2001 ada penawaran dari program Development Madrasah Aliyah Project untuk guru guru madrasah mengikuti kuliah lagi dengan syarat sudah S1.  DMAP tersebut merupakan program beasiswa dengan syarat lulus tes. Hasan mencoba mendaftar dan mengambil jurusan pendidikan kimia di PTN keguruan di Kota Malang. Di tahun 2001, Hasan diikutkan workshop metode pembelajaran di Selecta Malang yang kala itu ia mewakili dari SMP swasta. Sela sela istirahat, ia mencoba ke kota Malang melihat hasil tes bea siswa DMAP. Alhamdulillah ia lulus dan diterima kuliah. Menjelang tahun ajaran baru ia berpamitan ke kepala sekolah dalam rangka kuliah ke Kota Malang. Sebenarnya kakaknya tidak setuju kalau Hasan berpamitan dan keluar dari SMP swasta di Tebuireng tersebut. Karena untuk masuk bisa menjadi pengajara di sekolah tersebut sangat sulit dan lagi pula gajinya tinggi. Tapi dengan bekal agama yang didapat dari sekolah, dalam diri Hasan berniat dan bertekad bahwa ia keluar dari SMP swasta tersebut dalam rangka mencari ilmu dan pasti Allah SWT akan mengangkat derajad orang orang yang berilmu.

            Hasan teringat saat dulu ingin kuliah di PTN tahun 1995 tapi gagal. Sekarang di tahun 2001 cita citanya baru tercapai, bahkan dengan bea siswa. Ia semakin yakin dan mantap takdir Tuhan pasti yang terbaik buat hambanya. Sebagimana ibu Nabi Musa as kala itu Nabi Musa dihanyutkan ke Sungai Nil karena takut dibunuh Fir’aun. Ibunya berdoa kepada Allah SWT agar bisa merawat dan bertemu kembali dengan putranya. Akhirnya dengan ijin Allah SWT, Fir’aun membuat sanyembara yang mau menyusui dan merawat Nabi Musa as. Maka terpilihkan ibu Nabi Musa as. Ibunya merasa bahagia dan semua kebutuhannya dicukupi oleh Fir’aun. Sebagai manusia beriman kita tidak boleh putus asa dalam berdo’a dan berusaha. Bisa jadi permintaan atau do’a kita yang belum terkabul hari ini merupakan sesuatu yang terbaik untuk dikabulkan di hari-hari berikutnya. Yang terpenting dalam diri kita harus selalu berbaik sangka kepada Tuhan akan adanya takdir terbaik buat kita. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua…aaamiiin

Jombang, 3 oktober 2020

Ahsanuddin, S.Pd, M.MPd  (guru MTsN 2 Jombang di lingkungan Pondok Pesantren Darul ‘Ulum Rejoso Peterongan Jombang, sebagai guru bidang studi IPA)

Komentar

  1. Masya Allah....runtut sekali..diksinya jg sangat bagus. Doakan sy bs spt bpk cara nulis n ngembangkan ide gagasan

    BalasHapus
  2. Makasih komentarnya,,, semoga bpk/ibu dan kita bisa belajar menulis dan manfaat

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGAPA HARUS MENULIS

SURGALAH UPAHNYA

KATA ADALAH SENJATA

PANDEMI MEMBAWA BERKAH

MIRIP SINYAL GAWAI

MENULIS SEMUDAH UPDATE STATUS

PUCUK DICINTA ULAM TIBA

BLOG MEDIA DOKUMENTASI

TIADA KATA TERLAMBAT

SANTRI SEHAT INDONESIA KUAT