TIADA KATA TERLAMBAT

 


Desiran angin malam seakan tidak mau berhenti menggoyang dedaunan di belakang rumah Doni. Mereka saling berebut seolah lagi perlombaan goyang daun. Jam dinding yang selalu berdetak menambah semakin heningnya malam itu. Jarum panjang dan pendek tidak mau berhenti berputar, apalagi si jarum detik yang semakin cepat berputar. Hampir tengah malam Doni belum juga tidur.  “Don, kok belum tidur,” tanya ibunya yang sedang lewat kamarnya ketika mau ke dapur menyimpan makanan yang masih ada.

“Iya ibu”, jawab Doni sambil menggaruk kepalanya yang  juga tidak bersahabat dengan bantal di sampingnya. “Ada apa ? tidak biasanya jam segini kamu belum tidur ,” lanjut ibunya bertanya sambil duduk di samping Doni.

“Karya tulis saya ditolak tidak lulus Bu”, jawab Doni sembari mendekam bantal sambil duduk bersila.

 

Dahulu, Ibu Rahmah (Ibunya Doni) saat duduk di bangku kuliah termasuk mahasiswa yang sukses meraih prestasi di bidang karya tulis, baik tingkat kampus maupun nasional. Rupanya bakat tersebut terwarisi Doni, cuma kali ini Doni belum beruntung.

“Ooo itu yang membuat kamu tidak bisa tidur, nggak papa mungkin kamu harus banyak belajar lagi,“nasehat ibunya.

“Pada hal saya sudah belajar menulis dengan baik, yang diikutkan lomba itu kumpulan karya ide-ide saya bu”, Doni seakan membela sambil terlihat wajahnya cemberut kecewa. Doni ingin hasil karyanya diterbitkan kalau menang. Tapi harapan itu pupus oleh kegagalan.

“Ayo tidur dulu !, besok kamu kan harus sekolah,” pinta ibunya sambil berdiri berjalan keluar menutup pintu kamar Doni.

 

Udara pagi yang segar dan sinar mentari cerah di ufuk timur yang mulai menampakkan dirinya tidak membuat segar dan cerah wajah Doni. Kegagalan karya tulisnya dalam lomba masih tak terlupakan. Ibu Rahmah terus menyemangati Doni berjuang pantang menyerah. Aktivitas pagi tetap ia jalani seperti olahraga dan membantu orang tuanya. Persiapan ke sekolah telah selesai dan Doni pun berpamitan berangkat.

 

Sudah seperti biasanya, semua siswa tiap pagi berkumpul di halaman untuk berdoa bersama sebelum aktifitas belajar di kelas dilaksanakan. Jam pertama pelajaran di kelas Doni adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia.

 

Seorang pria tampan, paruh baya, berkumis tipis, berbusana batik dan celana hitam dengan membawa tas berjalan memasuki kelas Doni. Beliau adalah Pak Anam, seorang guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang pernah sukses mengikuti belajar menulis on line bersama Om Jay.

Tas hitam ditelakkan di atas meja guru, dinyalakannya OHP sebelum beliau mengawali pembelajaran. Ucapan salam pembuka beliau sampaikan. Apersepsi dan motivasi telah dilalui. Tibalah ke kegiatan inti.

“Anak-anak hari ini kita akan belajar tentang karya tulis”, kata Pak Anam. “Bapak  memiliki buku bagus mengenai hal tersebut,” sambil Pak Anam menunjukkan buku cetak yang dimaksud.

“Buku ini memuat tips-tips: menulis, disiplin menulis, mencari ide, dan bahkan cara mengirim naskah ke penerbit,” lanjut Pak Anam dengan wajah senang agar anak didiknya termotivasi.

“Siapa pengarangnya ?  Bapak ,” sambil mengacungkan tangan Doni menyela.

“Ibu Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd atau biasa dipanggil Ibu Kanjeng yang lahir pada tanggal 8 April 1961, beliau seorang motivator dan inspirator hebat dalam karya tulis,”jawab Pak Anam.

Pak Anam menceritakan garis besar isi bukunya bahwa menurut Ibu Kanjeng :

1.      Tips Menulis :

Ø Banyak membaca,

Ø Mencoba menulis ( di komputer, buku harian, medsos, dan blog )

Ø Mengirim tulisan ke media cetak/ penerbit

Ø Terus menulis walau ditolak.

2.      Tips Disiplin Menulis :

·      Buatlah target

·      Fokus menyelesaikan tulisan

·      Reward dan punishment

·      Memilih judul yang menarik

·      Sesuaikan dengan tema tulisan.

·      Buat judul dengan kata yang mudah diingat dan membuat orang penasaran untuk membaca isinya.

3.      Tips Mencari Ide :

ü Bacalah sebanyak mungkin buku

ü Refreshing

ü Tulislah apa yang bisa ditulis

ü Cari referensi dari berbagai media.

ü Bisa juga ATM (Amati, Tiru, Modifikasi)

4.      Cara Mengirim Naskah ke Penerbit :

v Siapkan naskah yang rapi

v Pilih penerbit yang sesuai dengan jenis naskah

v Perhatikan tata cara pengiriman dan ketentuan mengirim naskah ke penerbit yang bersangkutan.

v Kirimkan naskah beserta sinopsis dan biodata penulis.

“Gimana anak-anak,” tanya Pak Anam.

“Kok tidak kemarin-kemarin ya ilmu ini saya dapatkan,” gumam Doni dalam hatinya.

“Wah terlambat Pak,”, kata Doni seakan menyesali kenapa tidak sebelumnya ia dapatkan ilmu ini agar menang dalam lomba. “Maksudmu ?” tanya Pak Anam seperti penasaran aja.

Doni menceritakan kalau dia kemarin mengikuti lomba karya tulis, ia tidak belajar ke guru bahasanya di sekolah yang berakibat kegagalan dalam lomba.

“Ooo itu, tidak ada kata terlambat Don,” motivasi Pak Amir kepadanya. “Bangkitlah, justru ini awal kesuksesanmu di bidang karya tulis, “ lanjut Pak Anam.

“Bu Kanjeng yang usianya memasuki purna aja masih semangat menulis dan sukses menerbitkan bukunya, apalagi kamu yang masih mudah dengan segudang harapan, “ kata Pak Anam memotivasi Doni.

Pak Anam mengakhiri pembelajaran. Dimatikannya proyektor, tas di atas meja diambil, lalu beliau menutup dengan salam.

 

Saat telah memasuki jam istirahat, Doni dengan raut wajah ceria keluar kelas menuju kantin. Dalam hatinya berkata “iya tiada kata terlambat, kenapa saya yang masih mudah patah semangat, lusa kan masih banyak kesempatan untuk menang”. “Mulai sekarang aku harus menerapkan tips tips dari Bu Kanjeng yang disampaikan Pak Anam tadi”. Bu Kanjeng yang hampir memasuki masa purna aja masih berkarya dan menghasilkan karya karya yang super, apalagi saya.”

 

Kadang kehidupan ini membuat insan berputus asa. Ia tidak melihat bahwa takdir kesempatan menghirup udara masih diberikan. Kita tidak mengetahui kapan takdir kehidupan ini berakhir. Karena itu kita gunakan takdir hidup ini untuk berbuat yang lebih baik dan bermanfaat bagi sesama walaupun hanya sebuah karya tulis. Dengan karya tulis orang akan mengenang bahwa kita pernah hidup dan ada, serta  dengan karya tulis setidaknya kita bisa memberi motivasi untuk tetap berkarya tanpa kenal lelah karena usia yang mulai menuju purna.

 

Pantun motivasi

 

Buah manggis buah delima

Gadis manis siapa yang punya

Walau usia telah purna

Tetap semangat untuk berkarya

 

Komentar

  1. Mantap ustadz langsung dapat ide luar biasa, saya masih memikirkan ustadz sudah melakukan. Jadi makin semangat saya...sukses terus...

    BalasHapus
  2. wah keren pak tulisannya. perumpaan yang menarik. kreatif sekaliii

    BalasHapus
  3. Makasih teman teman dan sukses selalu

    BalasHapus
  4. Wah keren, cerpen yang banyak ilmunya ini...

    BalasHapus
  5. Mantap.. Saingan Pak Momo nih... Semangat terus ya!

    BalasHapus
  6. Usai bermunajat membaca kisah Doni.dan gurunya lumayan menginspirasi.alhamdulillah bila bisa menginspirasi peserta di gel 16

    BalasHapus
  7. Alhamdulillah sudah bisa Istiqomah awwalan nggih pak Ahsan dalam buat resume, kalau saya tadi malam baru dapat judul dan satu paragraf sudah tinggal 5 Watt😊
    Disajikan dalam bentuk cerpen atau apa ya ini namanya?
    Jazaakallah bacaan pertama yang enak dibaca👍👍

    BalasHapus
  8. Terima kasih sdh mengerjakan tugas resumenya dengan baik.

    BalasHapus
  9. Ikut berkomentar nih.

    Resume yang disusun dalam bentuk cerita memang berbeda, dibandingkan dalam bentuk artikel/esai. Sebab, pada dasarnya orang itu suka dengan cerita.

    Tips-tips menulis dari Bu Kanjeng juga disajikan dengan runtut atau berurutan. Jadi, setiap pembaca mengerti alurnya.

    Namun, ada sedikit saran, terutama dengan pemakaian tanda baca. Saya ambil contoh beberapa ya?

    “Terlambat ya Pak,”, kata Doni seakan menyesali kenapa tidak sebelumnya ia dapatkan ilmu ini agar menang dalam lomba. “Maksudmu,” tanya Pak Anam seperti penasaran aja. Kalimat tersebut semestinya:

    “Terlambat ya Pak?” tanya Doni seakan menyesali kenapa tidak sebelumnya ia dapatkan ilmu ini agar menang dalam lomba. “Maksudmu?” Tanya Pak Anam seperti penasaran aja.

    Kalau kalimat tanya, mesti dengan tanda tanya Pak.

    Ada juga kalimat lainnya:
    “Ayo tidur dulu! Besok kamu kan harus sekolah,” pinta ibunya sambil berdiri berjalan ke luar menutup pintu kamar Doni.

    Kalau yang ini kalimat perintah dan kalimat narasi biasa. Kalimat perintah harus dengan tanda seru.

    Mungkin begitu saja pak, komentar dari saya. Nanti malah jadi terlalu panjang, melebihi tulisan aslinya. Hehe..

    Semangat menulis untuk berbagi!

    BalasHapus
  10. Makasih masukannya pak ketua,, ini yg saya tunggu

    BalasHapus
  11. Keren banget pak Ahsan, langsung selesao resumenya, lengkap lagi,

    BalasHapus
  12. Semakin memantapkan ciri khas ni pak ahsan, aku suka...
    Ditunggu di "rumahku" yah

    BalasHapus
  13. hampir saja judulnya sama, untung saja blogg saya belum publish jadi masih bisa dirubah..pokoknya punya pak ketua bagus deh.

    BalasHapus
  14. Ikut komentar ah. Secara umum resumenya semakin mantap. Sekadar menambahkan untuk pemakaian tanda baca seperti yang sudah disampaikan Pak Ketua, yaitu tentang penggunaan kata sapaan dalam kalimat langsung. Kata sapaan dalam kalimat langsung ditulis dengan huruf kapital dan didahului dengan tanda koma. Misalnya, "Mau ke mana, Pak?" tanya Budi kepada gurunya. Kemudian untuk kalimat langsung yang panjang masih butuh perbaikan. Misalnya di bagian ini Dalam hatinya berkata “iya tiada kata terlambat, kenapa saya yang masih mudah patah semangat, lusa kan masih banyak kesempatan untuk menang”. “Mulai sekarang aku harus menerapkan tips tips dari Bu Kanjeng yang disampaikan Pak Anam tadi”. Bu Kanjeng yang hampir memasuki masa purna aja masih berkarya dan menghasilkan karya karya yang super, apalagi saya.” Menurut saya terlalu banyak tanda petik ("). Kalau memang dia membatinnya langsung sekaligus, tanda petik (") cukup dua di awal dan di akhir. Itu saja dulu 😁

    BalasHapus
  15. Ikut komentar ah. Secara umum resumenya semakin mantap. Sekadar menambahkan untuk pemakaian tanda baca seperti yang sudah disampaikan Pak Ketua, yaitu tentang penggunaan kata sapaan dalam kalimat langsung. Kata sapaan dalam kalimat langsung ditulis dengan huruf kapital dan didahului dengan tanda koma. Misalnya, "Mau ke mana, Pak?" tanya Budi kepada gurunya. Kemudian untuk kalimat langsung yang panjang masih butuh perbaikan. Misalnya di bagian ini Dalam hatinya berkata “iya tiada kata terlambat, kenapa saya yang masih mudah patah semangat, lusa kan masih banyak kesempatan untuk menang”. “Mulai sekarang aku harus menerapkan tips tips dari Bu Kanjeng yang disampaikan Pak Anam tadi”. Bu Kanjeng yang hampir memasuki masa purna aja masih berkarya dan menghasilkan karya karya yang super, apalagi saya.” Menurut saya terlalu banyak tanda petik ("). Kalau memang dia membatinnya langsung sekaligus, tanda petik (") cukup dua di awal dan di akhir. Itu saja dulu 😁

    BalasHapus
  16. makasih temen temen semua...oke juga pak sudomo...eh saya bukan ketua lhoo...salam sukses selalu

    BalasHapus
  17. Keren Bu, bagi saya yang masih pemula dalam menulis, tulisan Ibu sangat menginspirasi saya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. oke makasih,,,maaf ini pak ahsan yaaa,,ingat ingat pak ahsan, salam sukses selalu

      Hapus
  18. Wah, sudah ramai ya. Memang berbeda kalau disampaikan dengan cara bercerita.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGAPA HARUS MENULIS

SURGALAH UPAHNYA

KATA ADALAH SENJATA

PANDEMI MEMBAWA BERKAH

MENULIS SEMUDAH UPDATE STATUS

MIRIP SINYAL GAWAI

PUCUK DICINTA ULAM TIBA

BLOG MEDIA DOKUMENTASI

SANTRI SEHAT INDONESIA KUAT