EFEK GEMUK KOSA KATA BAGI PENULIS
Nur Aliem Halvaima, SH, MH |
Ingin gemuk badanmu? Ya banyak makan, minum, istirahat yang cukup, jauhkan dari stres dan beban. Biasanya yang mudah adalah makan dan minum sebelum tidur. Terus kalau Anda sudah gemuk untuk apa? Mau numpuk kolesterol! Atau menambah sensasi agar orang melihatmu makmur?
Urusan penggemukan biar diserahkan pada mereka saja. Mereka siapa?
Mereka yang berkepentingan. Saya kan tidak berkepentingan membahasnya. Lha itu
kok ditulis! Ooo iya lupa. Kok jadi pelupa ya saya. Mungkin kurang banyak
membaca nih.
Jika dia penceramah, dilihat dari gaya bicaranya, kalimat yang
keluar, dan bahasanya. Itu menurut saya lho! Kalau Anda ingin menambah, ya
silahkan! Kan ada kolom komentar.
Menurut Bang Nur Terbit. Lho kok dipanggil “Bang Nur Terbit? Ya, karena tulisan beliau hampir selalu terbit di media. Kembali ke Bang Nur Terbit ya! Bang Nur Terbit mengatakan bahwa untuk mahir menulis harus banyak membaca. Ya minimal membaca ulang tulisan sendiri (dimana kekurangannya, ejaannya dll).
Maaf sedikit keluar dari topik.
Saya ingin memperkenalkan dulu siapa Bang Nur Terbit itu?
Bang Nur Terbit adalah seorang wartawan, sekaligus penulis buku. Bang Nur menjalani
profesi wartawan daerah di Makassar sejak masih kuliah, berlanjut jadi
koresponden Harian Terbit (Pos Kota Grup) di Sulawesi Selatan. Anak
Bugis-Makassar yang dilahirkan 10 Agustus 1960 ini namanya Nur Aliem Halvaima,
SH, MH. Nama pena dan media sosial adalah Nur Terbit. Anak ke-3 dari 7
bersaudara pasangan Haji Muhammad Bakri Puang Boko - Hajjah Sitti Maryam Puang
Mene. Tahun 2015 dia menyelesaikan pendidikan di Universitas Islam Jakarta,
program S2 ilmu hukum dengan tesis "Pola Pemberian Upah Untuk
Kesejahteraan Wartawan Media Cetak di Provinsi DKI Jakarta". Sedang S1 di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syari'ah dan
Hukum. Sementara Sarjana Muda di IAIN Alauddin Makassar.
Sekarang kembali ke penggemukan kosa kata. Apa tujuan Anda
menggemukkan kosa kata? Untuk ceramah atau menulis? Kalau saya yang jawab,
untuk menulis.
Kenapa dijawab untuk menulis? Karena menulis bisa diwariskan. Kok diwariskan!
Maksudnya, tulisan yang sudah terbit dalam bentuk buku akan terus dibaca dari
generasi ke generasi.
Menurut Bang Nur Terbit bahwa dengan banyak membaca :
1.
Memperkaya
perbendaharaan kata
Jangan hanya kaya harta benda, tapi
kaya perbendaharaan kata. Kenapa? Harta yang banyak tidak bisa dipertahankan.
Pemiliknya tidak bisa beralasan untuk melarang habisnya harta.
Beda dengan perbendaharaan kata.
Banyaknya kata bisa dipertahankan bahkan bisa semakin banyak tak terkendali.
Kok bisa? Karena belum pernah ada pencuri kata. Yang bisa menghilangkan
perbendaharaan kata hanya pemiliknya sendiri.
Pembendaharan kata hilang jika tidak
ada lagi mood dan niat. Artinya apa? Pemiliknya tidak ada lagi gairah dan niat
membaca dan menulis. Alias malas.
2.
Belajar
EYD
Dari bacaan, berbagai bentuk kalimat
dapat kita lihat teknik penulisannya. Bagaimana membuat kalimat pasif, aktif,
langsung, dan tak langsung. Termasuk penulisan tanda baca yang benar.
Seperti ketika saya membaca tulisan
dari teman yang sudah pernah menjuarai lomba menulis, maka ditemukan tulisan
yang sesuai EYD atau PEUBI.
3.
Menambah
wawasan, terutama bagaimana format menulis: belajar menyusun paragraf, huruf
sambung, dan sebagainya.
Kita bisa balajar banyak dan banyak
belajar dari tulisan-tulisan yang sudah ada. Belajar bagaimana menyusun
paragraf sehingga saling berkesinambungan. Belajar tata bahasa dan penulisan
tanda baca. Dan banyak lagi yang bisa kita dapatkan dari banyak membaca karya
orang lain.
4.
Belajar
style (gaya) gaya penulisan orang.
Styel penulisan penting agar
memudahkan dalam merangkai kata menjadi paragraf yang sinambung. Kosa kata yang
ingin dituangkan dalam tulisan bisa mengalir bak lancarnya aliran sungai sesuai
syle penulisan yang dipilih.
Saya bisa mempelajari gaya penulisan
orang setelah saya membaca blognya. Ada gaya wartawan, gaya cerita, dan
berbagai gaya penulisan bisa dipilih.
Menurut Bang Nur, boleh meniru tapi jangan 100%.
Kalau itu namanya copy paste alias plagiat.
Ada ilmu menarik dari Bang Nur tentang kewartawanan. Apa itu? Maaf agak sedikit geser, boleh kan? Biar bokong ini tidak panas. Apa hubungannya? Tidak ada sih hubungannya. Coba hubungkan sendiri aja! Ini ilmu dari Bang Nur :
Sebagai seorang penulis berita, peristiwa, laporan mata dari
lapangan, atau istilah jurnalistik, maka secara tertulis atau (kadang)
dilengkapi foto dari TKP (istilah kepolisian tempat kejaian perkara) ke kantor
redaksi koran/media.
Ada koran Pedoman Rakyat (PR), koran tertua di Makassar, bahkan se
Indonesia Timur. Beliau waktu itu bangga ketika pertama kali tulisan dimuat di
koran. Yang lebih bangga lagi dapat honor, dikit.via wesel pos
Setelah tulisan sudah berani dikirim ke koran dan dimuat, mulai
tambah berani ikut lomba menulis. Beberapa kali Bang Nur kecil mewakili sekolah
utk lomba menulis antarsekolah dan Alhamdulillah menang.
Sebagai seorang jurnalis, Bang Nur paham betul tentang bagaimana
menulis berita di koran/majalah dan bebas seperti artikel di media. Apa itu
perbedaannya?
Menulis berita di media ada format atau standar baku, yaitu berita
tidak boleh (dilarang) memasukkan opini penulisnya/wartawannya.
Dan menulis rubrik/opini seperti artikel di media sudah disiapkan,
baik koran, majalah, tabloid, dan sebagainya. Di rubrik inilah wartawan bisa menyampaikan
pendapat, gagasan, pemikiran, boleh saja yang by name.
Selain wartawan sebagai tugas utamanya, rubrik opini ini bisa diisi
oleh orang luar. Maksudnya pembaca, sesuai keahlian dan bidang yang
dikuasainya.
Ada titipan kunci dari Bang Nur untuk sukses menulis. Kok kunci! Emangnya menulis ada kuncinya? Kayak mobil, rumah, atau apalah yang membutuhkan kunci!
Tidak sembarang kunci lho!. Kunci yang didapat Bang Nur selama
menggeluti dunia tulis menulis. Ini kuncinya, coba baca ya!
1.
Menulis
dengan kunci 3D. Tulislah yang D-ialami sendiri, yg D-isukai, yg D-ikuasai
Selain yang sudah disebutkan
sebelumnya. Rajin baca, nonton TV/film, dengar radio untuk memperkaya wawasan
sbg tabungan ide kalau mau menulis, terutama genre fiksi
2. PDLS = Peka Dengan Lingkungan
Sekitar (KEPO)
3. TBTO = Terus Belajar atau Baca (dari) Tulisan Orang
4. TLMM = Terus Latihan Menulis di Media (Medsos)
5. TILM = Terus Ikut Lomba Menulis, sebagai uji coba sejauh mana
kualitas tulisan kita
Inilah 5 kunci dari Bang Nur mau dipakai silahkan! Tidak dipakai
yang silahkan! Mengenai penjelasannya tolong dijelaskan sendiri. Kok gitu! Ya karena
saya mau mandi dulu. Sukses selalu ya!
Yang terpenting gemukkan dulu kosa kata Anda dengan banyak membaca.
Anda baca tulisan karya orang lain agar bisa melihat syle dan indahnya susunan
kalimat. Selamat menggemukkan kosa kata! Jangan hanya gemuk badan saja!. Kasihan
tuh badan banyak kolesterolnya.
Hahaha...seruuu pak bacanya gak bosen. Saya masih kurus kosakata..msh harus banyak belajar. Terimakasih infonya
BalasHapusWoowww sukkaaa bgt bacanya
BalasHapusResumenya renyah...dibaca enak dan informatif. Sukses selalu pak.....
BalasHapusMakasih atas kunjungannya,,,sukses selalu
BalasHapusMantaap pak Ahsan.. ayo semangat sebentar lg nulis buku..
BalasHapusMakasih sdh mampir,,semangat,,sukses
BalasHapusBanyak membaca membuat gemuk kosakata... menarik sekali
BalasHapusTerima kasih sudah mampir. Sukses selalu
BalasHapusKeren, Om! Banyak gaya menulis yang dipakai saat menulis resume. Tinggal dipilih gaya menulis mana yang paling nyaman. Semangat!
BalasHapuskeren pak. selalu menjadi inspirasi nih
BalasHapusTerus berkarya pak ahdan, semoga nanti bisa diterbitkan kary karyanya
BalasHapus