Mencuci baju tiap pagi merupakan kegiatan wajib aku sebagai seorang
suami. Lho kok bukan istri yang mencuci! Aku sudah berkomitmen bertugas sebagai
tukang cuci baju keluarga. “Aku” diganti “saya” aja biar egonya turun. Saya sudah
berbagi tugas dengan istri soal urusan rumah tangga. Istri saya beri yang
ringan-ringan saja.
Walau ringan menurut saya, tapi itu sebenarnya berat. Kadang jika
kasihan saya juga ikut membantu. Itupun jika saya tidak capek. Yang penting ada
komitmen untuk saling menghargai sesuai tugasnya.
Pagi itu sehabis kegiaan pagi, saya mempersiapkan diri ke BRI kanca.
Ada apa saya ke BRI kanca? Ya pasti ada urusan dengannya. Mau tau aja nih! Jam
setengah 7 saya berangkat, dan tiba di parkiran BRI ternyata di pintu masih
tergantung tulisan “TUTUP”. Dan memang benar BRI masih tutup sepanjang hayat
mungkin. Kan ruangan BRI ber-AC, jadi harus ditutup. Bukan itu maksudnya. Cari sendiri
apa maksudnya tulisan “TUTUP” yang tergantung di pintu BRI.
Akhirnya saya duduk di kursi tunggu depan bank. Orang-orang yang
berkepentingan dengan bank sudah mulai berdatangan. Bisik-bisik terdengar,
katanya bank buka jam 8. Hampir dua jam saya menunggu. Kegiatan menunggu tidak
saya sia-siakan. Buku kiriman dari Om Jay mengenai belajar menulis saya baca. Katanya
kalau ingin menulis harus banyak membaca dulu. Banyak membaca akan menjadi
gemuk tulisan kita.
Tukang parkir sudah datang dan mulai merapikan sepeda yang ada. Pak
satpam sudah mulai membuka pintu bank, tanda bank sudah mulai melayani
costumer. Satu demi satu costumer ditanya oleh pak satpam mengenai
keperluannya. Termasuk tak ketinggalan tujuan saya datang ke bank.
Saya diberi nomor antrian 10. Nomor yang sebenarnya tidak saya
harapkan. Karena kedatangan saya lebih awal kayaknya. Tetapi saya ingin
membudayakan antri, sehingga saya mendahulukan ibu-ibu yang banyak antri.
Kursi kosong untuk antri telah saya tempati. Sambil menunggu
antrian, saya tetap melakukan kegiatan membaca buku dari Om Jay. Semakin menarik
dan termotivasi untuk menulis apa saja yang ada di pikiran ini. Jangan takut
salah menulis. Kalau takut salah berarti sudah pintar. Kan kalau sudah pintar
berarti tidak pernah salah?
Sepintar dan selincah apapun seseorang dalam dunianya, pasti masih
ada kesalahannya. Dari kesalahan kita bisa belajar dan mengoreksi, kemudian
menindaklanjuti. Jadi kesalahan itu bagian yang tak terpisahkan dari kebenaran.
Bagian dua wajah mata uang yang tak terpisahkan satu sama lainnya.
Petugas bank memanggil nomor 10, dan saya menghadap petugas. Petugas
bertanya apa yang bisa ia bantu. Saya sampaikan keperluan saya ke dia. Sudah saya
persiapkan apa-apa yang diminta petugas. Tidak sampai dua menit urusan saya
selesai. Pak satpam mempersilahkan saya keluar bank.
Saat di luar, saya melihat pamflet tertempel di tembok dekat ATM. Tak
potret pamflet tersebut untuk dijadikan tema menulis. Pamflet tersebut
merupakan pamflet BRI peduli. Pamflet tentang “Cegah Corona dengan Cuci Tangan
Pakai Sabun”.
Menurut pamflet BRI Peduli, ada 5 langkah cuci tangan pakai sabun
yang benar. Apa saja itu?
1.
Basahi
tangan seluruhnya dengan air bersih mengalir
Seluruh tangan dibasah biar saat
diberi sabun bisa melarut, karena ada titik-titik air di permukaannya.
2.
Gosok
sabun ke telapak, punggung tangan dan sela jari-jari
Kemungkinan virus/kuman berada di bagian
mana kita juga tidak tau. Maka semua bagian tangan digosok dengan sabun.
3.
Bersihkan
bagian bawah kuku-kuku dan gosok sela-sela jari tangan
Setiap bagian dari tangan, tak lupa
bagian kuku juga dibersihkan. Apalagi jika kukunya panjang yang dikhawatirkan
juga mengandung kuman.
4.
Bilas
tangan dengan air bersih mengalir
Kenapa memakai air mengalir? Biar kuman-kuman
yang mati terbawa air masuk ke pembuangan. Jika tidak mengalir, dikhawatirkan
kuman masih mendekati tangan dan tidak terbuang.
5.
Keringkan
dengan handuk/tissu atau keringkan dengan udara/dianginkan.
Pengeringan dilakukan biar bisa
beraktivitas kembali tanpa terganggu dengan tangan yang masih basah.
Kegiatan saya
mengurus ke bank tidak sia-sia. Ada ilmu lain yang didapatkan. Apa itu? Yaitu
tentang mencuci tangan dengan sabun menggunakan air yang mengalir dengan benar.
Ilmu yang tak saya rencanakan untuk digali.
Mungkin karena
buku bacaan Om Jay yang saya baca, bahwa
kita harus kreatif dalam menulis setiap tema apa saja yang ditemui. Dan tanpa
sengaja saya menemukan pamflet di tembok bank BRI.
Saya menjadi
termotivasi untuk menulis setiap hari. Saya berusaha menulis setiap tema yang
ada, walaupun kadang masih kekurangan ilmu membahas tema tersebut. Saya ingin
menunjukkan bahwa saya pernah ada dalam sejarah dengan menuliskan sebuah karya.
Semoga cita-cita ini terwujud. Aaamiiin.
Cara mencuci tangan pakai sabun yang benar bisa baca di sini
Wah keren, memang dengan melaksanakan pesan Om Jay, sekarang sudah menjadi penulis pak
BalasHapusMakasih atas kunjungannya,, sukses selalu
BalasHapusSiip setiap langkah kaki, setiap pandangan mata, setiap irama yg dide gar menjadi inspirasi..
BalasHapuscakep ...
BalasHapusmakasih semuanya, salam sukses
BalasHapus