KOK NGGAK “MOOD” DECH!
Apa itu Mood?
“Mood” merupakan
bahasa asing. Asing apa? Kan sering didengar! Sering didengar karena sudah
menjadi bahasa gaul.
“Mood” berasal
dari bahasa inggris artinya suasana hati. Susana hati yang oleh anak-anak gaul
diartikan gairah. Sudahlah tidak usah diperpanjang perdebatan ini karena saya
juga lagi tidak mood. Kalau pembaca kan lagi happy! Buktinya mau membaca
tulisan saya! Ketahuan lho!
Itulah kalimat
yang sering didengar saat menjumpai rekanan yang galau. Entah karena apa? Mungkin
suasana lingkungan yang mengganggu alam pikiran. Pikiran yang menjadi
terkunggkung dalam masalah.
Ide-ide bebas
tidak bisa muncul dengan lancar terbelenggu suasana hati.
Tujuan saya
mengikuti kegiatan belajar menulis on line bersama Om Jay karena harapan untuk
menerbitkan sebuah karya tulis.
Harapan Menjadi Berprestasi
Inilah salah
satu inti materi belajar menulis on line dari narsum Cik Mila. Nama lengkapnya Jamila
K. Baderan, M.Pd. Salah satu guru di SDN No. 30 Kota Gorontalo, Prov.
Gorontalo. Lahir di Sidodadi, 14 Juni 1978. Menikah dengan Amir Hamzah, S.P dan
dikaruniai 3 orang putri dan 1 putra.
Sekilas info tentang Cik Mila
mengenai buku-buku dan alamat webnya :
Buku Karya
Tunggal:
1. Kwartet
Media Bermain dan Belajar (2018)
2. Ekspektasi
VS Realitas (2019)
1. Design
Thinking Membangun Generasi Emas dengan Konsep Merdeka Belajar (2020)
Email :
jamila.baderan@gmail.com
Youtube: Jamila
Baderan
Intagram :
Jamila Baderan
Fb : Jamila
Baderan
Istilah yang Cik
Mila pakai bukan harapan tapi ekspektasi. Apa itu ekspektasi? Ekspektasi adalah
suatu harapan
atau keyakinan yang diharapkan akan menjadi kenyataan di masa depan sesuai
dengan keinginan dimana untuk mencapainya harus dengan tindakan nyata. Bisa
baca di link https://www.maxmanroe.com/vid/umum/arti-ekspektasi.html
Menurut Cik Mila
bahwa dalam hal menulis, harapan terbesar kita adalah mampu merangkai
kata-kata menjadi sebuah paragraf menarik yang terus berangkai menjadi bab demi
bab hingga akhirnya menjadi sebuah buku. Sekilas, menulis adalah hal yang
sangat mudah. Bukankah kita sudah sering menulis sejak kecil? Tetapi, ketika
kemampuan menulis tersebut disandingkan dengan ekspektasi sebuah karya yang
bernilai bagi orang lain muncullah masalah besar, seperti
Pertama Bagaimana memulai sebuah
tulisan?
Kadang memang
sulit untuk memulai dari mana kita menulis? Seperti saya, mau menulis tema apa
hari ini? Tapi dengan sedikit ilmu dari pelatihan belajar menulis on line, saya
coba menulis apa saja yang ditemui. Memang kadang saya kesulitan disaat tema
yang ditemukan belum banyak ilmu untuk membahasnya.
Kedua Apa ide/topik yang harus kita tulis?
Menentukan topik
yang akan dijadikan suatu tulisan akan menjadi kendala terutama bagi penulis
pemula. Penulis pemula yang belum terbiasa dalam hal tulis-menulis. Apalagi tulisan
non fiksi yang terikat dengan aturan ilmiah. Bagi saya yang mudah adalah
tulisan fiksi, karena ada kelonggaran menjabarkan dalam terikat aturan ilmiah.
Ketiga Apakah tulisan saya
menarik?, dan sebagainya.
Bagi penulis
pemula yang belajar menulis tema apa saja yang ditemui terkadang tulisannya tidak
menarik untuk dibaca. Mungkin karena temanya kurang ngetrend, atau susunan
bahasa yang masih kurang bagus.
Tetapi tidak apalah bagi saya! Karena yang penting saya niatkan tekad untuk bisa menulis tema apa saja setiap hari. Ini saya lakukan karena yang terpenting terbiasa menulis dulu. Baru jika sudah terbiasa, maka akan mudahlah menulis tema-tema yang lagi ngetrend.
Cik Mila memaparkan bahwa sebenarnya, tantangan menulis terbesar itu
ada pada diri kita sendiri, yaitu mood dan kemauan alias niat.
Oleh karena itu untuk
mengubah ekspektasi menjadi prestasi kita harus berubah. Ada 2 hal penting yang
harus kita ubah, yaitu mindset dan passion.
Mindset adalah cara pikir tentang sesuatu yang dapat mempengaruhi
sikap dan tindakan kita.
Kebosanan tentu
ada dalam setiap aktifitas, karena dunia ini membosankan. Tapi untuk hal yang
baik seperti menulis, maka bisa diatasi dengan motivasi besar akan suatu
prestasi. Prestasi yang menjadi harapan penulis.
Dalam hal
menulis, Cik Mila mempunyai beberapa pengalaman yaitu :
Pertama Tulislah apa yang ingin kita tulis.
Apa yang ada di
pikiran kita bisa kita tulis, termasuk lagi tidak mood. Ini sudah saya coba dan
hasilnya agak luar biasa. Kok agak! Ya, karena masih baru berumur dua bulanan
mengikuti belajar menulis on line. Jika sudah setahun, jangan dikata ya! Mungkin
bisa mendarah daging.
Kedua Menulislah apa adanya, tanpa beban, dan tekanan.
Beban akan
mempengaruhi seseorang dalam aktifitas. Apapun bentuk, jumlah, dan jenisnya
beban.
Kegiatan yang
tanpa beban akan terselesaikan sesuai harapan. Seperti membuat resume belajar menulis
on line ini! Sebenarnya saya juga terbebani, terbebani khawatir tidak lulus dan
tertinggal dengan tugas resume yang semakin menumpuk. Seiring berjalannya
kegiatan ini, saya berusaha membuat resume tanpa beban. Berusahan membebaskan
dari tekanan agar membuat resume seperti berbicara dengan teman. Lancar bro!
Ketiga Jadikan menulis sebagai
suatu kebutuhan
Saya masih
mencoba belajar dalam hal menulis sebagai kebutuhan. Jika banyak tugas kadang
apa yang sudah saya niatkan menulis tiap hari tidak jalan. Mungkin karena tidak
ada hukuman pribadi jika tidak menulis tiap hari.
Keempat Menulislah hingga tuntas, jangan memikirkan
editing.
Saya memang
menulis tema sampai tuntas jika bahasannya tidak panjang. Di awal mengikuti
kegiatan menulis, editing memang tidak saya pikirkan. Tapi saat membaca
komentar dari pembaca yang mampir di blog saya tentang penulisan yang kurang
sesuai PEUBI, maka sekarang saya agak hati-hati dalam menulis. Itulah yang
menjadi lama. Kadang saya buka aplikasi KBBI V untuk melihat penulisan suatu
kata.
Kelima Menulis jangan terlalu
lama.
Lamanya saya
dalam menulis tergantung tema. Jika membutukan pembahasan yang panjang, maka
dibutuhkan untaian kata yang panjang untuk menjelaskannya.
Selesai menulis
jika sudah bagus maka jangan dibiarkan tulisan terdiam di blog, laptop, atau
apalah penyimpan file. Segera terbitkan menjadi sebuah buku biar bisa dibaca
oleh pemburu buku.
Keenam Jangan memikirkan baik buruknya tulisan kita, karena yang
akan menilai adalah pembaca
Tulisan yang
dihasilkan tidak bisa kita hakimi buruk atau baik. Kalau sudah menulis suatu
tema itulah yang terbaik. Yang bisa menilai baik buruknya adalah pembaca.
Pemain sudah
berusaha semaksimal mungkin bertanding dengan baik, tapi kadang penonton cuma
bisa menggunjing.
Tetaplah menulis, hilangkan rasa tidak mood. Jangan biarkan kata-kata di pikiran hanya menjadi hiasan otak yang tak terwujud di lembaran-lembaran bermakna. Lembaran-lembaran yang bisa menunjukkan bahwa si penulis pernah ada.
Apa kesimpulannya?
Kalau sudah kehujanan, maka jangan berteduh. Kanapa? Kan sudah
basah, sekalian hujan-hujan aja biar seger.
Sekali sudah terjun berniat menjadi penulis, maka jangan ada lagi
kata KOK NGGAK “MOOD”
DECH! Kenapa?
Karena niat dan mood tantangan terbesar bagi penulis.
Kalau sudah mood,
maka jangan ditambahai nggak mood. Dan jika niat sudah ada, maka jangan
ditambahi nggak ada niat.
Lengkap banget resume nya, mantaap DECH Pak Ahsan..
BalasHapusTerima kasih atas kunjungan ke blog saya. Sukses buat Bu Tini
HapusJudul dan ulasannya menarik sekali. Gaya menulis terlihat sangat berbeda. Semoga sukses jadi penulis ya...
BalasHapusTerima kasih Cik Mila yang telah berkunjung dan memotivasi kami .sukses selalu buat cik Mila
HapusResume yang sangat menarik. Sukses terus ke depannya
BalasHapusTerima kasih Ustadz Shiddiq atas kunjungannya sukses selalu
Hapusresume renyah, lengkap dan informatif. sukses selalu pak
BalasHapusTerima kasih atas kunjungannya sukses selalu
BalasHapusIni pakai font tulisan apa ya, Pak? Lain daripada biasanya. Hehe...
BalasHapusTapi, kalau saya lihat, jadi kesannya tajam di mata. Mungkin dicari font yang lebih luwes dan lengkungannya ergonomis. Wuih, kayak mobil saja.
Isinya sudah memotivasi dan sesuai dengan materi. Lanjutkan!
Pakai font cat pak ketua,,makasih sdh mampir,,sukses selalu
HapusPak Ahsan mantap.lanjutkan dengan suka berbagi komentar
BalasHapusMakasih p Made,,sukses selalu
Hapus