MENGHARAP BERKAH


Gas oksigen bergandengan dengan air embun menambah sejuknya udara pagi. Kesejukan udara yang bertolak belakang dengan hati. Walau besar sudutnya sama, tapi seperti air dan minyak. 

Gadis cantik sedang tidak menunjukkan wajah rupawannya. Kerudung pink tanda kecantikan tidak menyinarkan auranya. Seakan kerudung ikut merasakan apa yang gadis pendam.

Kursi empuk tidak  menunjukkan kedamaian hatinya. Tapi kursi tetap setia menunggu takdir. Jarum jam yang telah setia berputar selama hampir 120 menit tidak menunjukkan kebosanannya.

Antibiotik tidak mampu menggerakkan trombosit menutup luka hatinya. Walau gadis sudah belajar ihlas dengan takdir yang menimpanya. Ia hanya mencoba menerapkan ilmu agamanya.

 “Kenapa kamu lama duduk di situ aja?”  Sambar Kak Berita sambil menepuk pundaknya. “Biasanya kamu ceria, kok sekarang beda,” lanjut Kakaknya bertanya.

Kedatangan dan pertanyaan Kak Berita seakan tak membuatnya bergeming. Tak muncul sepatah katapun dari mulut gadis itu. Terlihat di pipinya ada titik-titik mutiara yang mengalir bak sungai. Titik mutiara rupanya keluar dari optik alamnya.

Didekatinya gadis oleh Kak Berita. Diambilnya sapu tangan di saku. Ia usap titik-titik mutiara yang setia di pipi gadis. Alhamdulillah ada persahabatan yang erat antara titik-titik mutiara dengan sapu tangan.

Kak Berita duduk di samping gadis.  “Ada apa sebenarnya?”  Kak Berita dengan suara pelan melanjutkan rasa penasarannya.

“Itu Kak!” Mulai ada tanda-tanda kejelasan suatu masalah dari gadis. “Ayah meminta aku menunda perjalanan yang kurang dua hari lagi, padahal saya sudah pesan barang-barang untuk dibawa lusa.”

“Ya!, sabar Dik!” Kak Berita mencoba menenangkan gadis. “Mungkin ada alasan tertentu kenapa suruh menunda, ayo kita ke dalam rumah!”

Kak Berita menggandeng tangan gadis mengajaknya masuk ke dalam rumah. Suasana ruangan rumah yang nyaman masih belum gadis rasakan. Masih terngiang di telinga atas keputusan ayahnya.

Gadis masuk kamar. Ia lihat di atas meja ada amlop kecil setia menunggu. Gadis ambil dan baca di amplop ada tulisan “Buat TaPASa”.  Ia buka amplop. Ada sepucuk surat di dalamnya. Rangkaian kata dalam surat ia baca.

“Anakku TaPASa!”

(nantikan…)

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGAPA HARUS MENULIS

SURGALAH UPAHNYA

KATA ADALAH SENJATA

PANDEMI MEMBAWA BERKAH

MIRIP SINYAL GAWAI

MENULIS SEMUDAH UPDATE STATUS

PUCUK DICINTA ULAM TIBA

BLOG MEDIA DOKUMENTASI

TIADA KATA TERLAMBAT

SANTRI SEHAT INDONESIA KUAT