SECERCAH HARAPAN_Batang Manis


Sumber: https://www.google.com/search?q=tebu+diserang+tikus
Bu Liana menyiapkan makan siang buat suami dan anaknya. Ibunya Amir bernama Liana dan bapaknya bernama Anto.

Sehabis memindahkan sangkar burungnya ke gantungan di kamar dapur, Amir menuju meja makan. Hidangan yang tersedia di atas meja telah menunggu lama tuannya.

Pak Anto dan Bu Liana juga sudah menuju meja makan. Mereka mulai menyantap hidangan yang telah tersedia.

Makanan dan lauk berlomba-lomba segera masuk menemui temannya. Si Lambung yang lagi kangen menunggu. Perasaan kangen Si Lambung telah terobati dengan pertemuan tersebut.

Bu Liana membereskan piring dan gelas  dibantu Amir anaknya setelah semua makan. Amir mencuci piring dan gelas yang telah dipakai makan bersama tadi.

“Mir! Nanti ikut saya ya! Kata Pak Anto ke Amir yang habis mencuri piring dan gelas.

“Ke mana Pak? Tanya Amir ke Bapaknya.

“Ke sawah, tapi nanti habis Asar kok”, Jawab Pak Anto. “Ayo kita salat berjama’ah dulu! Pinta dia ke anak dan istrinya.

Mereka mengerjakan Salat Duhur berjama’ah. Setelah itu Amir meminta ijin ke orang tuanya untuk tidur istirahat di kamar.

“Bu! Amir dari dalam kamar memanggil ibunya yang sedang lewat di depan kamarnya.

“Ada apa Mir? Tanya ibunya sambil membuka pintu kamar.

“Tadi ban sepedanya sudah ditambal ya? Tanya Amir ke ibunya.

“Ooo sudah, kamu istirahat dulu”, jawab ibunya sambil menutup kembali pintu kamar Amir.

Pak Anto menyiapkan mesin jenset dan apa yang diperlukan untuk dibawa ke sawah. Ia merupakan petani tebu. Sawahnya jarang ditanami tanaman palawija, karena geografi tanah yang sulit mendapatkan air. Sawahnya merupakan tanah tadah hujan.

Pak Anto pernah menanam ubi kayu tapi hasilnya kurang maksimal jika dibandingkan dengan tebu. Hama ulat tanah banyak menyerang ubi yang dihasilkan pada waktu itu. Peristiwa tersebut membuat Pak Anto memutuskan untuk menanami tebu saja.

Amir terbangun dari tidurnya, ia menuju bapaknya yang sedang menyiapkan barang-barang yang akan dibawa ke sawah.

“Kita jadi ke sawah Pak! Tanya Amir.

“Lho ya jadi”, jawab Bapaknya sambil membawa alat-alat kecil yang bisa dimasukkan ke kantong sak.

“Kok Bapak menyiapkan jenset dan kawat? Emangnya kita mau apa? Tanya Amir lagi.

“Bapak mau membuat jebakan tikus Miiiir”, jawab Pak Anto.

Pak Anto mengatakan kalau bulan ini hama tikus banyak menyerang tebu. Tebunya banyak yang roboh karena bagian pangkal digerogoti tikus.

“Duh! Kasian Si Batang Manis! Kata Amir.

“Kita Salat Asar dulu Mir! Pinta Pak Anto ke dia.

Pak Anto dan keluarganya salat berjama’ah dan setelah itu ia mengajak Amir ke sawah.

Dengan naik sepeda motor, jenset diletakkan di belakang dengan dipengangi Amir. Sampai di sawah, Pak Anto dibantu anaknya mulai menata kawat dan jenset pada posisinya.

Pada saat persiapan, Amir melihat banyak tikus berkeliaran tanpa ada rasa takut. Pada hal biasanya tikus takut kalau ketemu orang. Bahkan ada yang lewat di sela-sela kaki Amir yang membuatnya kaget.

Jebakan tikus tersebut akan dimulai sehabis Isak. Pemasangan selesai dilakukan, mereka pulang dulu ke rumah dan kembali habis Isak. Pak Anto meminta dua orang untuk menjaganya sampai nanti ia kembali.

Sehabis Isak, Pak Anto kembali ke sawah untuk menyalakan jenset. Ia duduk di samping jenset dan dua orang penjaga saling berpencar di tempat masing-masing yang telah ditentukan.

Satu, dua tikus mulai mati terkena kawat setrum. Tapi ada yang pintar tikusnya. Tikus tersebut sebelum mendekat kawat, ekornya didekatkan ke kawat. Mungkin saat ekornya didekatkan ke kawat ada rasa getaran, sehingga si tikus berjalan mundur lagi dan lompat di atas kawat. Akhirnya si tikus lolos dari jebakan kawat setrum.

Pak Anto melihat rupanya banyak tikus di dalam sawahnya. Mereka bergerombol seakan mau siap berperang melawan si batang manis.

Jebakan kawat setrum tikus yang ia gunakan hanya bisa membunuh beberapa tikus saja. Tikus yang sudah di dalam tetap bertahan dan enak memakan batang manis tebu.

Biaya yang dikeluarkan Pak Anto tidak sebanding dengan hasilnya. Hal ini membuat Pak Anto semakin putus asa.

Jam 12 malam, Pak Anto memutuskan mematikan jensetnya dan meminta orang yang membantunya untuk pulang bersama-sama.

Pak Anto sadar kalau semua ini memang ujian dari Allah SWT terhadap hambaNya. Ia berharap dan berdo’a agar Tuhan masih menyisakan rizki batang manis yang ia tanam.

Satu minggu berikutnya si batang manis ditebang dan alhamdulillah masih menghasilkan uang. Walau uang yang didapatkan tidak sebesar tahun sebelumnya, tapi Pak Anto masih tetap bersyukur atas rizki yang ia terima.

Salam Literasi,


AHSANUDDIN, S.Pd, M.MPd

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGAPA HARUS MENULIS

SURGALAH UPAHNYA

KATA ADALAH SENJATA

PANDEMI MEMBAWA BERKAH

MIRIP SINYAL GAWAI

MENULIS SEMUDAH UPDATE STATUS

PUCUK DICINTA ULAM TIBA

BLOG MEDIA DOKUMENTASI

TIADA KATA TERLAMBAT

SANTRI SEHAT INDONESIA KUAT