SECERCAH HARAPAN_Bisa Dialihkan
Sumber: https://kumparan.com/kumparanbisnis/eks-menkeu-ungkap-ada-dana-rp-43-triliun-bisa-dialihkan-untuk-bantuan-covid-19-1tjYvlR4YUJ |
Cahaya matahari mulai redup tanda akan datangnya kegelapan. Amir tak sabar dengan rencana orang tuanya yang besok mau ke saudaranya.
"Bu! Besok saya duduk
dekat pintu aja", pinta Amir ke ibunya. Amir agak ogah kalau diajak
bepergian naik kendaraan. Ada ketidakkompromian diantara isi perutnya yang
selalu ingin melihat udara luar jika diajak berkendara roda empat.
“Oke! Jawab Bu Liana mempersiapkan dua buah kotak tepe yang akan
dibawa ke saudaranya.
“Kakakmu mana Mir? Tanya Pak Lukman yang tiba-tiba muncul di
belakangnya.
“Lho! Katanya tadi ke temannya”, jawab Amir.
“O iya, tadi saya minta temannya ngantar kita ke pamanmu besok”,
kata Pak Lukman teringat kalau tadi meminta Adi ke temannya.
“Ayo! Cepat tidur kamu”, pinta Pak Lukman ke Amir yang lagi
menunggui ibunya di dapur.
Amir menggerakkan otot kakinya berjalan ke kamar. Ia sebenarnya
tidak bisa tidur. Wajar kalau mau bepergiaan hawa ngantuknya jadi hilang.
Di kamar Amir mencoba merebahkan badannya. Matanya belum bisa
dipenjamkan, ia masih menerawang ke langit-langit kamar melamunkan asyiknya ke
rumah pamannya.
Ia kangen dengan pamannya yang hampir setahun tidak bertemu. Sebut
aja nama pamannya Pak Dani. Pak Dani ramah dan sangat perhatian dengan
keponakannya. Akhirnya Amir terlelap juga dalam mimpi indahnya bertemu
pamannya.
“Kriiiiing! Bunyi gawai Pak Lukman dari ruang tengah terdengar. Pak
Lukman langsung melangkah ke ruang tengah mengangkat gawainya.
Begitu gawai diangkat ternyata mati lagi. Tiba-tiba ada pesan dari
Adi (anaknya) kalau ia tidur di rumah temannya. Adi akan pulang besok pagi
bersama temannya.
“Bu! Adi malam ini tidur di temannya”, kata Pak Lukman dari ruang
tengah ke istrinya yang di dapur.
“Ya Pak! Gak pa pa”, jawab Bu Liana sambil menyiapkan perbekalan.
Setelah semuanya selesai Bu Liana dan Pak Lukman istirahat menuju
alam mimpi masing-masing sampai menjelang pagi.
Waktu pagi telah tiba diiringi bunyian ayam dan burung-burung yang
saut-sautan berkicau. Termasuk Si Biru Love Bird milik Amir yang lucu dan
menggemaskan.
Semua melaksanakan aktivitas pagi dan saling bersiap-siap berangkat
ke rumah saudara. Amir rupanya sudah mandi dan siap menunggu kakaknya datang
membawa kendaraan.
“Lho! Mas Adi kok tidak membawa kendaraan”, gumam Amir yang melihat
kakaknya pulang sendirian tanpa naik kendaraan yang direncanakan.
Amir langsun mengencangkan otot kakinya lari ke Adi yang sedang
memarkir kendaraannya.
“Mas Adi! Mana mobilnya? Tanya Amir penasaran dengan yang
dilihatnya.
“Kita nggak jadi ke rumah paman Mir! Jawab Adi dengan wajah tidak
bersahabat.
Adi menceritakan kalau tadi padi ada wa dari pamannya bahwa
pamannya ada tugas mendadak dari kantor ke luar kota. Kalau ada yang mau ke
rumahnya nanti tidak ada orang.
“Waaah! Kata Amir dengan wajah cemberut mendengar berita yang tak
diinginkan.
“Terus gimana nih tapenya”, kata Bu Liana. “Ini kesukaan pamanmu”,
lanjutnya.
“Bisa dialihkan saja Bu! Jawab Adi sambil merebahkan diri di ruang
tengah.
Dengan sedikit terpaksa Amir mencoba memberi solusi atas pertanyaan
ibunya.
“Gini aja Bu! Saya berikan Agus dan Vina”, kata Amir mencoba
menunjukkan wajah bersahabat. Amir mengatakan kalau ayahnya Agus dan ibunya
Vina lagi gemar konsumsi tape untuk menurunkan tensi darahnya.
Komentar
Posting Komentar