SECERCAH HARAPAN_Gawai Jadul
“Prak! Amir membuat sesuatu di tempat sampah sambil raut wajahnya terlihat lagi tidak bersahabat pertanda ada sesuatu yang ganjil. Kulit wajah rapat bak barisan pasukan katak angkatan bersenjata tak tampak seperti biasanya.
Pikiran kalut ditambah dikurangi jatah jajannya oleh orang tuanya
menambah semakin asyiknya dada merapat. Hembusan napas dari dada yang merapat
semakin terdengar oleh Agus yang sedang duduk di sampingnya.
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Gawai |
“Terus apa itu yang kamu buang di tempat sampah sampai kucing aja
lari? Agus semakin penasaran dengan mengangkat pantatnya mendekatinya.
Amir menganggkat kepala dan menurunkan kakinya mengambil posisi
duduk sempurna. Kepalanya tertunduk menerawang lorong meja di depannya. Sepatah
kata belum juga muncul dari mulutnya.
Agus menepuk pundah Amir dan mengelus punggungnya. “Ada apa Mir?
Tanya Agus dengan suara sedikit pelan.
Amir mulai mengangkat kepala melihat Agus. Mulai akan terdengar ada
suara jawaban permasalahnya.
“Eee”, ucap Amir. Ia belum juga memberikan kalimat yang jelas.
Kalimat yang sangat ditunggu Agus atas pertanyaannya.
Amir mengarahkan kepalanya memberi tanda ke tempat sampah. Tempat
sampah yang tadi berbuyi akibat benda yang di buang Amir.
Agus mengangkat pantat dengan kaki tegap mencoba mendekati tempat
sampah yang dimaksud. Tangannya mencari benda apa yang dibuang Amir. Hidungnya
lagi sedang tidak bersahabat dengan aroma sampah yang ada.
Rupanya tangan kanannya mengetahui kalau sahabatnya lagi terganggu.
Ditutupinya hidung dengan tangan kanan dan tangan kiri membalik sampah-sampah
yang ada mencari benda yang di maksud.
Kesabaran tangan kiri membuahkan hasil. Benda tersebut ketemu.
Ternyata sebuah gawai jadul yang lagi hidup.
Agus berjalan ke tampat semula. Ia duduk seperti saat tadi. “Kenapa
gawaimu Mir? Tanya Agus.
Amir mulai membuka mulut memberi jawaban atas pertanyaan Agus.
“HP jadul Gus”, jawab Amir dengan suara pelan. “Saya pakai untuk
browsing tempat-tempat wisata sejak kemarin tidak bisa”, lanjut dia meneruskan
kalimatnya.
“Ooo gitu aja kok dibuang”, kata Agus sambil membersihkan gawai
yang baru dibuang Amir.
“Mungkin bukan HP nya Gus, bisa juga karena kartu operator yang
kamu pakai”, kata Agus.
Amir memberikan menjawab tentang jenis kartu yang dipakai di
gawainya.
Agus mengajak Amir ke tempat yang ada sinyal kuat sesuai dengan
kartu gawainya. Agus membayar makanan dan minuman ke Mbok Inah pemilik kantin dan
mereka menuju tempat parkir sekolah. Kebetulan Amir dan Agus sekolah di SMK
Pariwisata.
Kebetulan Amir ke sekolah tidak membawa sepeda karena sepedanya
lagi kempes ban depannya. Ia diantar orang tuanya ke sekolah sejak jam 6 pagi.
“Ayo saja bonceng Mir”, Agus menawarinya. Mereka menuju ke tempat
yang dimaksud.
“Lha di sini pas dengan kartumu”, kata Agus.
Amir mencoba gawainya mencari apa yang ditugaskan oleh pak guru.
Dan ternyata gawainya bisa dipakai browsing. Sebelumnya ia menyalahkan gawainya
yang jadul dan sudah waktunya beli yang baru lagi.
Kulit wajah
Amir mulai mengencang. Terlihat barisan rapat di kulit wajah bak habis mandi
air segar. Harapan menyelesaikan tugas sudah ada di depan mata. Apa yang ia
cari mulai disimpan di memori gawainya.
Ia semakin
mencintai gawainya yang masih bersahabat. Persahabatan yang sangat diharapkan
agar apa yang ditugaskan pak guru bisa terselesaikan.
,
Komentar
Posting Komentar