SECERCAH HARAPAN_Kamus Pariwisata
“Mir! Panggil Agus saat berada di parkiran sekolahnya.
“Ada apa Gus? Jawab Amir yang lagi mengambil sepeda motornya.
“Ayo ikut aku ke perpustakaan mastrip! Ajak Agus dengan wajah penuh
harap.
“Ayo! Aku juga mau mencari”, jawab Amir dengan wajah senang.
Keduanya langsung tanpa pikir panjang memberi sinyal pada otot
kakinya. Agus mengayuh sepedanya di depan, sementara Amir di belakang dengan
menyetir sepeda motornya.
Teriknya cahaya matahari yang begitu menggoda air keluar tubuh
tidak membuat mereka patah arang. Agus semakin mengencangkan sepedanya untuk
cepat sampai di perpustakaan.
Rupanya banyak teman-teman sekelasnya yang juga mampir di
perpustakaan. Agus dan Amir sampai di parkiran, mereka langsung memarkir
kendaraannya pada posisi yang benar.
Amir segera lari ke perpustakaan, tas dan jaket ia letakkan di rak
yang tersedia.
“Mau apa Mas? Tanya petugas perpustakaan sambil membuka buku daftar
hadir.
“Mau pinjam Kamus Pariwisata Indonesia”, kata Amir.
“Mana kartu anggotanya”, tanya petugas.
“Sebentar Bu! Kata Amir yang langsung berbalik arah ke rak tempat
tasnya berada.
Ia buka tasnya dan cari kartu anggota perpustakaan. Lama ia
mencarinya. Dibuka dan dibolak balik isi yang ada di tas tapi tidak ketemu.
“Ada apa Mir? Tanya Agus yang masih baru meletakkan tas di rak
juga.
“KTA Perpustakaan Gus”, jawab Amir sambil sibuk menerawang isi
tasnya.
Agus tidak langsung menuju meja daftar hadir, ia menunggu sampai
Amir menekukan KTAnya.
“Waduh! Tertinggal di rumah Gus KTA saya”, kata Amir dengan wajah tanpa senyum dan pucat.
“Kamu aja yang masuk Gus”, kata Amir meminta Agus masuk ke
perpustakaan.
“Oke! Tunggu sebentar di luar ya”, jawab Agus sambil melangkahkan
kaki ke daftar hadir pengunjung.
Akhirnya Amir keluar perpustakaan dengan langkah lunglai seperti
sedang kelaparan. Ia duduk di kursi teras perpustakaan sambil dagu di atas
lututnya.
“Katanya sebentar tapi kok hampir satu jam Agus belum keluar”,
gumam Amir yang semakin tak nyaman dengan peristiwa tadi.
Tiba-tiba dari dalam keluarlah Agus dengan wajah juga tidak
bersahabat.
“Gimana Gus? Tanya Amir penasaran.
“Stoknya terbatas Mir! Sudah kedahuluan orang lain”, jawab Agus
dengan wajah murung.
“Lalu gimana kita? Tanya Amir sambil berdiri berjalan ke parkiran.
“Coba kita mampir ke rumah Mas Reza”, jawab Agus memberi solusi.
“Dia kan alumni sekolah kita”, lanjutnya.
Mereka tahu kalau Kamus Pariwisata Indonesia sulit didapatkan di
toko-toko di daerahnya. Kamus tersebut mudah didapatkan di toko-toko buku di
kota besar.
Sudah hampir sore mereka
tetap berusaha mendapatkan kamus tersebut. Matahari pun tak sanggup melawan
semangat mereka. Panasnya mulai surut oleh langkah waktu yang semakin mendekati
malam.
Protes dari dalam perut yang sangat kangen bertemu pujaan tidak
diharukan oleh mereka berdua. Padahal biasanya mereka sudah makan dan minum
sehabis pulang dari sekolah.
Setiba di rumah Reza mereka langsung memarkir kendaraannya. Agus
diikuti Amir melangkahkan kakinya ke pintu depan sambil mengucapkan salam dan
mengetuk pintu. Dari dalam keluar lelaki muda berkaos hitam berjalan ke ruang
depan. Dialah Reza alumni sekolah yang mereka maksud.
“Lho! Kamu”, kata Reza setelah menjawab salam dan membukakan pintu
buat tamunya. “Ada apa kok tumben? Tanya Reza selanjutnya.
Reza baru satu tahun lulus dari SMK Pariwisata. Ia sekarang sudah
bekerja di sebuah hotel di kota mereka.
Setelah Amir dan Agus dipersilahkan masuk dan duduk di kursi tamu,
Reza masuk ke dalam rumah.
“Itu Kak! Kata Amir sambil bingung mau mengawali pembicaraan dari
mana. “Eee apa Mas Reza masih punya Kamus Pariwisata Indonesia? Lanjutnya.
“Coba saya cari dulu ya”, jawab Reza sambil menghidangkan air minum
dan setoples krupuk. “Silahkan diminum dan dimakan”, pinta Reza ke tamunya.
Amir dan Agus langsung minum dan makan krupuk yang dihidangkan.
Mereka rupanya mulai tak kuasa untuk segera menuruti kemauan perutnya yang
sejak tadi protes.
“Alhamdulillah! Kamus Pariwisata yang kamu maksud masih ada”, kata
Reza sambil menunjukkan kamus yang dimaksud oleh tamunya.
“Alhamdulillah”, jawab Amir dan Agus bersamaan dengan wajah ceria.
“Makasih Mas Reza! Kami pinjam dulu ya”, kata Amir yang langsung
berdiri ingin segera pulang.
“Lho kok keburu pulang”, kata Reza yang melihat mereka berdiri
ingin pamit.
“Ya Mas, sejak tadi belum pulang sekolah”, kata Agus yang juga ikut
mengangkat pantatnya dari kursi tamu.
Komentar
Posting Komentar