SECERCAH HARAPAN_Klep Tusen yang Aus
Sumber: https://www.bukalapak.com/p/rumah-tangga/perkakas-rumah-tangga/4vbnl2-jual-foot-klep-saringan-pipa-1-inch-peralon-pralon-pvc-air-rumah-sumur-tahanan-pompa |
Udara pagi yang dingin disertai titik-titik air bekas hujan masih menempel di dedaunan. Maklum sudah memasuki musim penghujan. Tubuh yang kedinginan dengan hawa yang ada ingin rasanya dihangatkan kembali. Sehabis Salat Subuh, Amir mencoba menghangatkan tubuhnya dengan selimut di kamar tidur. Kebetulan hari itu lagi libur sekolah. Jadi semua aktivitas maunya diliburkan termasuk membantu orang tuanya.
“Miiir! Ibunya memanggil dari dapur.
Dari kamarnya, Amir mendengar panggilan sang bunda. Ia langsung
melepas selimut yang asyik menyelimutinya. Sinyal otot kakinya bekerja
melangkah menuju dapur.
“Ada apa Bu? Tanya Amir sambil mengusap kotoran di matanya.
“Tolong isi wadah ini dengan air di kran depan”, pinta ibunya
sambil memberikan wadah yang dimaksud.
Rupanya Bu Liana mau membuat kripik singkong. Singkong hasil panen
yang ditanam dipinggir sawah.
“Lho! Kok airnya habis Bu! Kata Amir kaget melihat air kran tidak
mengalir lagi.
“Coba lihat pompanya Mir! Pinta ibunya yang lagi mengupas singkong
yang masih ada.
Amir lari ke belakang melihat pompanya. Ternyata pompanya berbunyi.
“Pompanya bunyi Bu”, kata Amir.
“Coba ambil tangga, dengar apa airnya mengalir ke tandon! Pinta
ibunya lagi.
Amir segera mengambil tangga untuk mendengar dari dekat tandon.
Ternyata ia tidak mendengar ada air mengalir.
“Tidak mengalir Bu! Kata Amir ke ibunya.
Ibunya meminta Amir ke sawah. Amir diminta memberitahu bapaknya
kalau air di rumah tidak lancar.
Amir langsung tanpa pikir panjang lari ke motornya. Ia berangkat
menuju sawah bapaknya. Setiba di sawah ia tidak melihat bapaknya ada di sana.
Tapi anehnya ada sepedanya di pinggir sawah.
“Pak! Bapak saya di mana? Tanya dia ke Pak Slamet yang lagi
mencangkul sawahnya.
“Oo ada di sebelah sana Nak! Jawabnya sambil menunjukkan di mana
Pak Anto berada.
Amir langsung mengencangkan otot kakinya lari menemui bapaknya.
Rupanya Pak Anto lagi duduk santai sehabis membersihkan rumput-rumput bekas
galian singkong.
“Paaak! Sapanya ke bapaknya dari kejauhan.
“Apaa! Jawab Pak Anto kaget melihat Amir datang denga berlari.
“Ibu nyuruh pulang Bapak”, kata Amir selanjutnya.
“Ada Apa? Tanya Pak Anto penasaran dengan ucapan anaknya.
“Pompa airnya Pak! Kata Amir. “Airnya tidak bisa mengalir ke
tandon”, lanjutnya.
“Tapi pompanya bunyi kaan”, tanya Pak Anto meneruskan rasa
penasarannya.
“Bunyi, tapi airnya tidak mengalir Pak”, jawab Amir.
Pak Anto segera pulang bersama Amir. Ia naik sepeda diikuti Amir
dari belakang.
Sepulang ke rumah, Pak Anto mengecek bagian-bagian saluran air yang
ada. Ternyata tidak terjadi apa-apa pada salurannya. Ia ingin mencoba membuka
saluran air ke sumber. Tapi Pak Anto tidak berani karena khawatir makin rusak.
“Wah! Rupanya harus ke Pak Bunaji nih”, kata Pak Anto sambil
berdiri sehabis mendengarkan bunyi air di paralon.
“Mir! Tak ke rumah Pak Bunaji dulu”, katanya melanjutkan.
“Ya Bapak! Jawab Amir yang lagi sibuk membantu ibunya.
Pak Anto langsung ke rumah Pak Bunaji. Pak Bunaji seorang ahli
servis pompa air. Setiba di rumah Pak Bunaji, Pak Anto langsung memarkir
kendaraannya. Ia menuju pintu rumah Pak Bunaji.
“Assalamu’alaikum! Ucap Pak Anto sambil mengetuk pintunya.
Dari dalam seorang perempuan berjalan membukakan pintu buat
tamunaya.
“Wa’alaikum salam, ada apa Pak? Tanya perempuan tersebut.
“Mau menemui Pak Bunaji”, jawab Pak Anto sambil tergopoh-gopoh.
“Oo lagi membetulkan pompa air di sebelah”, kata perempuan tersebut
sambil menunjukkan di mana Pak Bunaji berada.
Perempuan tersebut meminta Pak Anto ke rumah yang dimaksud. Pak
Anto langsung ijin menemui Pak Bunaji di tempatnya. Begitu tiba di rumah yang
tersebut, Pak Anto langsung menemui Pak Bunaji yang barusan membetulkan pompa
tetangganya.
“Ada apa Pak? Tanya Pak Bunaji yang lagi santai sehabis membetulkan
pompa.
“Saya minta tolong Pak Bunaji lihat pompa di rumah! Pinta Pak Anto
berhadap.
Karena Pak Bunaji telah selesai membetulkan pompa tetangganya, maka
ia minta ijin ke tetangganya mengikuti Pak Anto. Setiba di rumah Pak Anto, ia
langsung mengecek bagian-bagian yang berkaitan dengan saluran air dari pompa
sampai ke belakang rumah. Setelah di cek ternyata normal tidak ada yang bocor.
“Mungkin klepnya Pak”, kata Pak Bunaji setelah dari belakang rumah.
Pak Bunaji langsung mengambil alat yang dibutuhkan untuk membongkar
paralon yang terpendam. Ia gali sampai bisa diambil paralon yang masuk ke
sumber.
Setelah hampir dua puluh menit membongkar, barulah bisa diangkat
paralon yang ke sumber air. Ia putar tusen airnya.
“Ooo klep tusennya sudah aus Pak”, kata Pak Bunaji menunjukkan klep
dari sumber air.
Kata Pak Bunaji, biasanya kalau musim hujan seperti ini air sumber
menjadi keruh karena limpahan air hujan yang banyak. Di samping itu pemakaian
tusen yang terlalu lama membuat kotoran bisa masuk karena sudah tidak kuat
lagi. Hal ini menyebabkan air tidak bisa tersedot.
“Enaknya gimana Pak! Tanya Pak Anto berharap hari ini beres.
“Karena klep tusennya aus, ya beli yang baru lagi”, jawab Pak
Bunaji memberi solusi.
Tanpa pikir panjang, Pak Anto segera berangkat membeli tusen yang
baru. Ia berharap pompa airnya bisa norma secepatnya.
“Pak beli tusen”, kata Pak Anto ke pegawai toko.
“Model yang mana? Tanya pegawai sambil menunjukkan jenis-jenisnya
di almari.
“Waduh! Lupa tadi tidak saya bawa”, kata Pak Anto menyesal. Ia
memang kurang paham mengenai jenis tusen. Maklum sudah hampir 10 tahun baru
kali ini pompanya macet. Jadi tusen zaman sekarang sudah beda modelnya.
“Sebentar Mas, saya tak pulang ngambil contohnya”, kata Pak Anto
sambil melangkah ke motornya.
Sesampai di rumah Pak Anto menemui Pak Bunaji meminta tusen yang
aus dipakai contoh.
“Tusen yang aus tadi mana? Tanya Pak Anto sambil mencoba mencari di
sekitar pompa barangkali ada.
“Ooo tadi dibawa anak Bapak”, jawab Pak Bunaji sambil duduk
istirahat di depan dapur.
Dicarinya Amir di kamarnya oleh Pak Anto. Amir sedang tidak ada di
kamar rupanya. Pak Anto menemui istrinya yang sedang mempersiapkan hidangan
buat Pak Bunaji.
“Bu! Amir mana? Tanya Pak Anto dari belakang yang membuat istrinya
sedikit kaget.
Lho! Ada apa Pak? Tanya Bu Liana penasaran dengan pertanyaan
suaminya.
“Itu, kata Pak Bunaji kalau dia yang bawa tusen yang aus”,
jawabnya.
“Saya diminta bawa contoh oleh tokonya”, lanjut Pak Anto
menjelaskan.
“Dia tadi pamit ke rumah temannya Pak”, kata Bu Liana.
“Coba dicari di kamarnya! Pintanya ke Pak Anto.
Lama sekali Pak Anto bergelut mencari tusen yang dimaksud. Hampir
lima menit masih belum ditemukan. Akhirnya ia menui Pak Bunaji lagi.
“Pak! Mari ikut saya aja ke toko”, pinta Pak Anto mengajak Pak
Bunaji yang lagi menikmati hidangannya.
Pak Anto yakin kalau Pak Bunaji paham dengan model tusen jaman
sekarang.
Pak Bunaji dibonceng menuju toko semula. Pak Anto langsung mengajak
masuk ke toko melihat jenis-jenis tusen yang ada di rak almari kaca.
“Yang ini Mas! Kata Pak Bunaji ke karyawan sambil langsung menunjuk
tusen yang dimaksud.
Karyawan toko langsung mengambil tusen yang ditunjuk dan diberikan
ke Pak Bunaji.
“Berapa Mas? Tanya Pak Anto sambil memegang tusen barunya.
“Dua puluh ribu Pak”, jawabnya sambil meminta kembali tusen yang
dipegang Pak Bunaji untuk dibungkus.
Pak Anto dan Pak Bunaji kembali ke rumah untuk membetulkan pompa
air. Pak Bunaji langsung memasang tusen baru pada posisi yang pas.
Setelah tusen terpasang, ia meminta Pak Anto mengisi air ke paralon
yang ada tusennya. Pak Bunaji ingin memastikan apakah tidak ada kebocoran pada
tusen yang baru.
“Alhamdulillah tidak bocor”, kata Pak Bunaji sambil menyambung
kembali paralon dengan drat yang ada.
Dibantu Pak Anto, Pak Bunaji mencoba memancing air agar bisa
mengalir.
“Alhamdulillah Pak! Bisa mengalir”, kata Pak Bunaji dengan wajah
senyum. Amir yang baru datang dari rumah temannya langsung mencoba mendengarkan
dekat tandon. Ia ingin memastikan kalau air sudah mengalir ke tandon.
“Ya Pak, alhamdulillah! Kata Amir yang masih dalam posisi di atas
tangga dekat tandon.
“Silahkan dimakan dulu Pak! Pinta Pak Anto sambil duduk santai
bersama Pak Bunaji
“Sudah berapa lama pompa Bapak”, tanya Pak Bunaji sambil minum.
“Ya lumayan Pak, mungkin sedekade”, jawab Pak Anto sambil juga ikut
mencicipi hidangan istrinya.
“Saya pulang dulu Pak”, kata Pak Bunaji sambil berdiri siap pulang.
Pak Anto menyelipkan uang ke sak Pak Bunaji. Biasanya Pak Bunaji
tidak mau mengatakan ongkos kerjanya. Ia orang yang sangat baik suka menolong
siapa saja yang membutuhkan.
“Makasih Pak! Kata Pak Anto sambil mengikuti Pak Bunaji berjalan
keluar dapur.
“Ya sama-sama Pak”, katanya membalas ucapan Pak Anto.
Pak Anto dan keluarganya merasa bersyukur kalau pompa airnya masih
bisa tertolong normal kembali. Rasa syukur selalu ia ucapkan dalam hatinya atas
takdir baik yang ia terima. Ia tidak ingin berlama-lama menunggu pompa airnya normal. Kalau hal itu terjadi
akan merepotkan tetangga untuk numpang minta air demi kebutuhan sehari-hari.
“Mir! Isi lagi itu baknya! Pinta Bu Santi ke anaknya yang
mengetahui kalau pompanya sudah normal kembali.
“Oke! Siap! Ucap Amir sambil lari ke keran depan dapur.
Komentar
Posting Komentar