SECERCAH HARAPAN_Lega


Sumber: https://www.republika.co.id/berita/pzi0d1313/buang-air-kecil-harus-jongkok-atau-boleh-berdiri


Musim kemarau yang lumayan lama membuat semua makhluk hidup tidak menghentikan air dalam tubuhnya keluar lewat pori-pori kulitnya. Mereka rupanya juga tidak mau berlama-lama di dalam tubuh.

Amir dan teman-temannya mulai keluar kelas untuk menyegarkan diri dengan udara luar. Maklum kipas angin di dalam kelas  rusak karena kemarin dihantam bola saat anak-anak bermain di dalam kelas. Mereka tidak bilang ke wali kelas karena takut. Amir berinisatip ke teman-temannya untuk mengganti kipas anginnya.

Amir teringat kalau hari itu merupakan hari jadi Agus. Ia segera menghampiri Agus yang sudah dahulu keluar kelas. Agus melangkahkan kakikan mengarah ke kantin. Belum sampai langkahnya ke kantin, Amir menghampiri dan mencegatnya.

“Selamat ulang tahun temanku”, ucap Amir sambil menjabat tangan Agus. Agus jadi kaget dengan ucapan Amir yang tiba-tiba.

“Lho! Apa benar Mir? Tanya Agus seakan tak percaya kalau hari ini merupakan hari jadinya.

“Ayo! Traktir dooong! Pinta Amir sambil memegang tangan Agus.

“Oke! Kemana? Mumpung ini masih istirahat”, Ajak Agus sambil memutar arah jalannya ke parkiran.

“Ke bakso super pedas aja, itu di seberang jalan”, pinta Amir.

“Berarti kita jalan kaki saja ya”, kata Agus yang langsung memutar kemudi kakinya ke gerbang sekolah.

Amir dan Agus sedikit mengingatkan otot kakinya untuk bergerak menuju tempat yang dimaksud. Mereka mempercepat langkahnya untuk segera sampai di warung bakso.

“Pak! Pesen dua mangkok super pedas”, kata Agus ke pelayan.

Mereka ambil posisi duduk santai di luar. Lokasi tempat duduk yang tersedia sangat nyaman untuk makan dan santai. Kebetulan di belakang bakso ada pemandangan sawah hijau ranau nan enak dipandang oleh konsumen yang lagi makan bakso.

Warung bakso sangat laris. Lalu lalang pembeli silih berganti. Bakso super pedas yang dijual di warung itu merupakan menu favorit. Bakso yang menantang setiap konsumen menguji kekuatan mulut dan perutnya.

“Ini Mas! Seorang pelayan menghidangkan bakso ke Agus dan Amir.

“Es teh dua Mas! Agus memesan lagi sambil mengambil mangkok berisi bakso ke Amir dan dia.

Amir yang tadi pagi belum sarapan terlihat tak sabar untuk segera menyantap hidangan di depannya.

“Tambah lontong Mir! Ucap Agus menawarkan lontong ke Amir.

Tawaran Agus disambut dengan segera oleh Amir. Tangannya dengan refleks mengambil lontong untuk ditambahkan pada menu baksonya.

Kuah bakso di warung itu memang sengaja sudah dibuat pedas oleh penjualnya. Jika ingin makin pedas, penjual menyediakan lagi semongkok kecil sambal untuk pembeli.

Amir rupanya ingin menguji nyalinya. Ia menambahkan lagi tiga sendok sambal lagi ke mangkoknya.

“Wiiih! Ucap Amir sambil terlihat bibirnya bergetar kalau lagi kepedasan.

Amir dan Agus berlomba menghabiskan baksonya. Es teh yang mereka pesan diminum tanpa menunggu habis baksonya. Maklum baru pertama kalinya mereka mencoba makan bakso super pedas.

Waktu istirahat sekolah yang hanya setengah jam, membuat mereka mempercepat makannya.

Setelah makan bakso, mereka menyelesaikan pembayaran dan kembali ke sekolah.

Air dalam tubuh mereka berlomba-lomba keluar lewat pori-pori kulitnya. Wajahnya penuh air seperti habis kehujanan. Hal itu karena bakso super pedas dan panas yang habis mereka santap.

“Makasih ya Gus! Ucap Amir sambil berjalan bersamanya.

“Ya sama-sama”, jawab Agus sambil mengusap keringat di wajahnya.

Jam istirahat sudah habis, mereka berdua langsung masuk kelas. Semua siswa sudah siap menerima materi berikutnya.

Pembelajaran baru berjalan setengah jam, perut Amir mulai protes. Mereka saling menghantam satu sama lain karena kepanasan. Rupanya makanan pedas itulah biang keladi pertengkarannya.

Amir mencoba bersabar menahan gejolak dalam perutnya. Ia masih ingin mengikuti pelajaran sampai pergantian jam.

Kesabaran Amir tidak diharaukan oleh perutnya. Hal ini membuat Amir semakin mengendorkan kesabarannya untuk menuruti kemauan perutnya. Amir melangkahkan kakinya. Ia memberanikan diri meminta ijin gurunya.

“Pak! Saya ijin ke toilet”, ucap Amir meminta ijin sambil memegangi perutnya.

Langkah kakinya dipercepat secepat orang lagi lomba lari maraton. Ia berharap di toilet sepi sehingga dapat langsung menunaikan hajatnya.

“Alhamdulillah”, gumam hatinya saat ia melihat toilet lagi sepi.

Tanpa pikir panjang Amir langsung menunaikan hajatnya. Semua yang protes dalam perutnya ia keluarkan dengan cepat. Semua yang tidak diharapkan dari perutnya berlomba-lomba keluar menuju pembuangan.

“Legaaa”, gumam Amir setelah semua bersih dan siap kembali ke kelas.

Amir merasa lega dan bersyukur masih diberi kesehatan kembali. Ia melanjutkan langkahnya ke kelas mengikuti pelajaran lagi.

“Kriiiiing”, bel waktu pulang dibunyikan. Amir dan Agus keluar dari ruangan menuju ke parkiran.

“Mir! Tadi kenapa kamu? Tanya Agus yang berjalan di sampingnya.

“Buang air besar Gus”, jawabnya.

“Lho! Emangnya kenapa”, tanya Agus yang pura-pura tidak tahu penyebabnya.

“Tadi habis kau traktir”, jawabnya.

“Ooo habis makan bakso super pedas tadiii”, kata Agus meledeknya.

“Katanya minta traktir bakso pedaaas”, lanjutnya.

“Ya gak pa pa Gus, tadi sudah lega terbuang”, jawab Amir.

“Bagaimana gantian kamu yang traktir Mir? Pinta Agus setiba di parkiran.

“Oke! Ke mana? Tawar Amir yang juga siap-siap naik motornya.

“Terserah yang penting enak”, jawab Agus sambil siap naik sepedanya.

Amir dan Agus mulai naik kendaraan masing-masing. Amir lebih dulu mengendai motornya karena tidak ingin terlambat pulang seperti kemarin. Kemarin ia pulang terlambat karena mengajak Agus ke perpustakaan dan ke rumah Reza kakak kelas.

Salam Literasi,

AHSANUDDIN, S.Pd, M.MPd

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGAPA HARUS MENULIS

SURGALAH UPAHNYA

KATA ADALAH SENJATA

PANDEMI MEMBAWA BERKAH

MIRIP SINYAL GAWAI

MENULIS SEMUDAH UPDATE STATUS

PUCUK DICINTA ULAM TIBA

BLOG MEDIA DOKUMENTASI

TIADA KATA TERLAMBAT

SANTRI SEHAT INDONESIA KUAT