SECERCAH HARAPAN_Tape Yang Enak



Sumber: http://blog.sayurbox.com/10-cara-membuat-tape-singkong/ 

Di sekiling persawahan tebu Pak Anto tanami ketela pohon. Tanaman tersebut tumbuh subuh dengan hasil umbi yang lumayan banyak. Tapi sayang tikus-tikus tebu rupanya juga doyan makan umbi ketela. Mereka malah lebih senang makan umbi ketela yang mudah dan empuk dimakan.

Melihat kenyataan tersebut, Pak Anto segera mempercepat panen umbi ketelanya. Ia dibantu Adi dan Amir mulai mencangkul untuk menggali umbinya. Karena dimakan tikus, ada yang satu pohon tinggal satu umbi dan ada juga yang masih utuh.

“Lho Pak! Kata Amir sambil mengambil umbi yang telah digali.

“Ada apa Mir? Tanya Bapaknya sambil menggali umbi-umbi yang masih ada.

“Ini yang bekas dimakan ditikus gimana? Apa dibuang semua”, tanya Amir sambil memasukkan umbi yang bagus ke karung.

“Ini sabit, buang aja bagian yang dimakan! Kata Pak Anto memberi solusi ke anaknya.

“Kan bagian yang dimakan sedikit, masih banyak yang bagus”, lanjutnya.

Umbi yang masih muda oleh Amir juga dimasukkan ke karung. Lumayan bisa buat cemilan krupuk ketela.

Dibantu Adi kakaknya, Amir membawa karung-karung berisi umbi ke sepeda. Lumayan banyak panen umbinya. Ada sekitar 3 karung setengah yang didapatkan pada hari itu. Amir mulai membawa pulang ke rumahnya.

“Bu! Kata Amir setiba di rumah yang melihat ibunya lagi menjemur pakaian. “Ini umbinya”, lanjut dia sambil menurunkan karung dari sepedanya.

“Wah! Lumayan ini Mir”, kata Bu Liana sambil membantu Amir mengangkat ke dapur.

“Kita coba rebus dulu, kalau empuk berarti umbinya bagus”, lanjut Bu Liana.

“Ayo! Bantu ibu mengupas umbinya! Pinta Bu Liana ke Amir setelah umbi berada di dapur.

Walau kelihatan lelah setelah membantu bapaknya di sawah, Amir tetap semangat membantu ibunya mengupas umbi. Ia tidak sabar ingin merasakan umbi hasil panen bapaknya.

“Nanti kalau direbus kok empuk, ibu mau buatkan tape”, kata Bu Liana sambil mengupas umbi.

“Lumanyan buat oleh-oleh ke pamanmu di kota”, lanjutnya.

“Kita mau ke rumah Paman Tono ya? Tanya Amir ke ibunya yang mulai menyiapkan panci buat ngrebus umbi.

“Ya empat hari lagi”, jawab Bu Liana sambil memasukkan umbi ke panci siap direbus.

Setelah hampir satu jam lebih umbi direbus, Bu Liana mencoba menusuk umbinya dengan garbu.

“Kok tidak empuk ya”, gumamnya dalam hati.

Dari dalam rumah muncullah Amir dengan langkah cepat menuju ke ibunya di dapur.

“Gimana Bu? Tanyanya ke ibunya.

“Tidak empuk Mir”, jawab Bu Liana dengan wajah sedikit kecewa.

“Semoga empuk kalau dibuat tape nanti”, Bu Liana sangat berharap.

Bu Liana mulai mempersiapkan pembuatan tape. Ia berharap tape yang dihasilkan lebih bagus dan enak.

Ia mulai menaburkan ragi ke umbi yang sudah disiapkan dan meletakkan di wadah yang hampa udara. Ia simpan wadah tersebut di tempat kamar dapur selama tiga hari.

Setelah tiga hari menunggu, Bu Liana dengan cemas dan penuh harap membuka wadah tersebut. Ia mencoba mencubit tape dan mencicipinya.

“Alhamdulillah! Empuk dan enak rasanya”, gumam hatinya diikuti wajah ceria.

Ia mencoba membuka tape-tape yang lain dan ternyata ada yang tidak empuk. Tapi tidak semuanya seperti itu.

Bu Liana merasa senang dan bersyukur karena apa yang diharapkan masih bisa terpenuhi. Rencana membawa tape untuk oleh-oleh saudaranya di kota jadi terwujud.

Salam Literasi,

AHSANUDDIN, S.Pd, M.MPd

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGAPA HARUS MENULIS

SURGALAH UPAHNYA

KATA ADALAH SENJATA

PANDEMI MEMBAWA BERKAH

MIRIP SINYAL GAWAI

MENULIS SEMUDAH UPDATE STATUS

PUCUK DICINTA ULAM TIBA

BLOG MEDIA DOKUMENTASI

TIADA KATA TERLAMBAT

SANTRI SEHAT INDONESIA KUAT