SECERCAH HARAPAN_Tolong Seragamku


Sumber: https://shopee.co.id/Seragam-Sekolah-SMA-i.3684217.1556007661


Hembusan udara pagi yang segar diiringi kicauan burung yang saling berlomba bersaut-sautan semakin menambah suasanya pagi yang indah dan damai.

Pemandangan pohon-pohon yang tumbuh di sekitar rumah Mbah Gio dengan dedaunan hijau merona, membuat Agus betah.

Agus yang sering bermain dan tidur di rumah kakeknya menjadikannya banyak kenal dengan anak - anak tetangga.

Minggu ini dia mengajak Novan jalan-jalan pagi berkeliling desa.  Ia ingin menikmati segarnya udara pagi bersama teman kenalannya.

Hampir dua jam ia berjalan-jalan dengan Novan.  Dengan sedikit berkeringat walau jalan-jalan ringan,  Agus memutuskan pulang kembali ke rumah kakeknya.

Ia mandi dan makan yang telah disiapkan oleh pamannya.  Danang merupakan paman dari Agus.

"Gus!  Panggil pamannya yang sedang menata makanan sederhana di atas meja.

"Ada apa Mas? (panggilan Agus ke pamannya)  Tanya Amir sambil memakai baju sehabis mandi.

"Ayo sini kita makan!  Ajak Danang sambil duduk di kursi depan meja makan.

"Sebentar Mas", kata Amir sambil menuju ke kamar.  Ia menyisir dan merapikan rambutnya.

Agus lalu menuju ruang makan. Ia makan bersama pamannya.

"Mas!  Kakek sudah makan?  Tanya Agus ke pamannya.

"Sudah sejak pagi tadi Gus!  Jawabnya.

"Ini tadi saya nunggu Sang Raja Kecil! Ledeknya sambil mengambil nasi di meja.

"Wah!  Paman bisa aja", balas Agus menjawab.

"Kalau lagi sakit kakekmu suka dibelikan makanan di warung sebelah", Kata Danang sambil menikmati makanan masakannya.

"Apa kamu mau tak belikan makanan di warung kayak kakek?  Kata Danang melanjutkan pembiacaraan.

“Ah! Nggak Mas! Kata Agus sambil makan.

Setelah semua makan, Agus dan pamannya membereskan piring dan gelas yang sudah terpakai. Mereka saling membantu mencucinya dan meletakkan di rak piring.

“Gus nanti kamu pulang jam berapa? Tanya pamannya sambil menuju ke ruang tengah.

“Habis Isak Mas”, jawab Agus sambil mengikuti pamannya ke ruang tengah.

Hampir seharian Agus menikmati liburan di rumah kakeknya. Ia merasa betah dan krasan menikmati suasana pedasaan yang jauh dari hingar-bingarnya suara kendaraan dan pabrik.

Tibalah waktu Isak, Agus dan pamannya mengerjakan Salat Isak berjamaah. Sebelum Danang mengantar keponakannya, ia kirim wa ke Rino untuk menemani bapaknya.

Setelah Rino datang, barulah Danang mengantar Agus pulang. Agus pamit ke kakeknya, lalu ia dibonceng sepeda motor pamannya pulang ke rumahnya.

Sesampinya di rumah, Agus masuk rumahnya. Ia mengucapkan terimakasih ke pamanna. Danang pun kembali ke rumahnya.

“Masyaalloh! Kata Agus dengan kaget. Ia baru ingat kalau seragam sekolahnya belum dicuci. Padahal besok Senin harus dipakai termasuk harus membawa baju olahraga untuk jam kedua.

Segera ia berniat mencuci seragamnya. Ia menuju ke mesin cuci dan memasukkan baju-baju ke dalamnya.

“Gus! Kata Bu Santi menghampiri dia.

“Ada apa Bu! Jawab Agus sambil menoleh ke Ibunya.

“Ibu mesin cuci pas saya pakai tadi pagi tidak bisa nyala”, kata ibunya. “Tadi tercium bau kabel terbakar, apa konsleting ya? Lanjut ibunya.

“Waduh! Agus kaget.

Agus mengatakan ke ibunya kalau besok baju seragamnya dipakai. Ia lupa mencucinya. Biasanya kalau ada rencana main ke rumah kakeknya, ia mencuci baju seragam setelah pulang sekolah Hari Sabtu. Kebetulan kemarian ia lupa.

“Terus! Gimana Bu? Tanya Agus sambil mengerutkan raut wajahnya tanda ada kekahawatiran besok tidak bisa memakai baju seragam.

“Gini aja, coba ke Bu Siti di gang sebelah”, jawab ibunya sambil memberi solusi untuk menenangkan dia.

Bu Siti melayani loundri baju kering dan basah. Jadi beliau mungkin bisa membantu Agus mencuci bajunya untuk dipakai besok pagi.

Agus langsung memasukkan baju kotornya ke tas kresek untuk dibawa ke Bu Siti.

“Assalamu’alaikum! Ucapan salam Agus saat tiba di rumah Bu Siti.

Bu Siti membukakan pintu dan menjawab salamnya. Ia menerima cucian baju Agus.

“Bu! Kira-kira besok bisa saya ambil nggak? Tanya Agus berharap banyak bajunya besok siap dipakai.

“Bisa Gus! Jawab Bu Siti sambil memasukkan baju cucian Agus ke mesin cuci. “Jam berapa? Lanjut beliau bertanya.

“Jam setengah enam pagi Bu”, jawab Agus.

“Iya! Silahkan kalau besok pagi diambil! Jawab Bu Siti yang semakin menenangkan hati Agus.

“Alhamduillah Bu! Makasih banyak”, kata Agus salim berucap syukur.

Agus terlihat kencang kulit wajahnya. Serasa ada hawa segar yang menerpa wajahnya. Ia sangat bersyukur karena apa yang diharapkan masih terwujud. Ia masih bisa berseragam sekolah sesuai aturan yang telah ditentukan.

Salam Literasi,

AHSANUDDIN, S.Pd, M.MPd

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGAPA HARUS MENULIS

SURGALAH UPAHNYA

KATA ADALAH SENJATA

PANDEMI MEMBAWA BERKAH

MIRIP SINYAL GAWAI

MENULIS SEMUDAH UPDATE STATUS

PUCUK DICINTA ULAM TIBA

BLOG MEDIA DOKUMENTASI

TIADA KATA TERLAMBAT

SANTRI SEHAT INDONESIA KUAT