MOTIVATOR MUDA BELIA

 

Motivator Muda Belia

Kenapa saya sebut motivator muda belia?

Ya, jelas karena dia lahir 15 tahun setelah saya. Lebih muda dari saya. Waduh buka rahasia saya dech! Saya harus sportif mengakui bahwa dia jauh lebih muda. Masak tua, kan nanti menyalahi Discakpil. Bisa-bisa saya masuk pasal.

Kok bisa masuk pasal? Ya, kan mengganti tanggal lahir seseorang. Kena pasal pemalsuan. Wah sudah lah tidak usah dibahas itu. Biar mereka saja yang mau bahas. Siapa mereka? Mereka yang mau membahasa. Gitu aja kok repot! Saya jadi ikutan gaya Gus Dur dech!

 

Siapa motivator muda belia yang saya maksud?

Mau tau! Dialah Ditta Widya Utami, S.Pd. adalah salah satu guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat. Lahir di Subang, 23 Mei 1990. Menikah dengan Muhammad Kholil, S.Pd.I. dan telah dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Muhammad Fatih Musyfiq. Selain aktif di MGMP, penulis juga aktif di bidang literasi. 

Saya juga penulis aktif lho! Walau belum genap dua bulan. Dan sekarang sudah mulai mengalir menulis saya. Cuma! Cuma apa? Cuma menulis saya masih sembarang tema. Kata Om jay menulislah setiap hari pasti akan menemukan sesuatu yang berbeda.

Saya juga aktif di MGMP. Kan guru! Harus ikut komunitas guru biar tambah ilmu, dan yang lain tambah teman, tambah gemuk. Lho kok tambah gemuk! Ya, biasanya ada makan bersama walau sebulan sekali.

Alasan apa Dita disebut motivator muda?

Maaf saya sebut Dita, tidak Dik Dita, atau apalah ! Kan di atas sudah disebutkan dia muda belia. Jadi saya panggil dia nama langsung aja. Kalau manggil “Dik”, malah nanti ada yang tanda tanya. Ayo adik siapa? Kan malah jadi panjang ceritanya!

Kalau melihat riwayat pendidikannya, Dita alumni UPI tahun 2012 di Fakultas MIPA Jurusan Pendidikan Kimia.

Saya juga mengambil Jurusan Pendidikan Kimia, tapi beda perguruan tinggi dan tahun lulus. Ingin tahu! Saya kuliah di Universitas Negeri Malang lulus tahun 2003. Cuma saya kuliah di Malang karena mendapat bea siswa dari Kemenag Kantor Wilayah Jawa Timur. Jadi itu S1 kedua saya. S1 pertamanya di Jurusan Pendidikan Matematika STKIP PGRI JOMBANG.

Sekarang akan saya tunjukkan karya-karya Dita, sebagai berikut :

Buku karya tunggal :

Lelaki di Ladang Tebu (2020), sebuah antologi cerpen pendidikan (silahkan cek

Instagram @dittawidyautami untuk melihat testimoninya)

Buku karya bersama :

1. Jejak Langkah Guru Subang (2019) - kumpulan best practice, MGMP IPA Subang

2. Guru di Ladang Ilmu (2019) - kumpulan cerpen karya guru, Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat (KPPJB)

3. Sepenggal Kisah di Ruang Cipta Pentigraf (2020) – KPPJB

4. Dari Mata Air Hingga Muara (2020) - Literasi Subang Bihari dan Berwibawa (Lisangbihwa)

5. Pelangi Jiwa (2020) - kumpulan kisah inspiratif, KPPJB

6. Pena Digital Guru Milenial (2020) - kisah para guru blogger, PGRI

7. Menyongsong Era Baru Pendidikan (2020) - bersama Prof. Eko Indrajit 

Mari berteman dengan penulis :
Email : dittawidyautami@gmail.com
YouTube : ditta widya utami
Instagram/Twitter : @dittawidyautami
LinkedIn : Ditta Widya Utami

Kalau melihat hasil karya yang banyak itu membuat saya termotivasi untuk berkarya lebih dan lebih. Kumpulan kata saya kumpulan dengan banyak membaca. Membaca buku, blog, atau apa saja yang bisa saya baca. Termasuk membaca lingkungan sekitar untuk dijadikan tema menulis.

Ilmu Apa Yang Dapat Saya Pelajari Dari Dita?

Semua mungkin sepakat bahwa menulis tak bisa lepas dari keseharian kita. Setiap hari, mungkin kita terbiasa menulis balasan chat di media sosial. Menulis jurnal harian mengajar. Menulis feedback untuk tugas siswa, dan sebagainya (Ditta Widya Utami)

Kalau menulis status sich saya sering, kadang kalau terlewatkan ada perasaan tidak enak. Kok bisa ya? Ya, karena kegiatan saya hari itu tidak diketahui oleh orang lain. Lho kok jadi pamer! Tidak pamer, tapi menunjukkan kalau apa yang saya lakukan bisa ditiru orang lain.

Menulis saat kegiatan belajar mengajar juga saya lakukan. Kan saya guru! Jadi saya juga menulis jurnal, mengabsen, menulis di papan, dan banyak lagi kegiatan sebagai guru.

Tapi, ketika harus menulis buku. Menulis di blog. Rasanya seperti berlari sprint yang tiba-tiba menghantam tembok. Atau bertinju yang tiba-tiba KO. Atau bermain catur yang langsung skakmat (Ditta Widya Utami).

Benar apa yang dikatakan Dita. Saya juga merasa kesulitan jika disuruh menulis buku. Kepala sekolah saya sering mengingatkan guru-guru untuk membuat buku. Misalkan buku ajar, kumpulan soal-soal, dan sebagainya. Biasanya saya banyak copas nya untuk membuat buku atau soal-soal. Atau mungkin memodifikasi dari mbah google.

Bagiamana cara mengatasi tiba-tiba KO dalam menulis?

Ini yang saya inginkan! Apa itu? Baca dong itu kalimat di atas! Cara mengatasi KO dalam menulis. Sangat penting bagi penulis pemula seperti saya agar bisa menjadikan menulis sebagai kegiatan sehari-hari. Kegiatan makan minum yang biasa saya lakukan. Kalau bisa menulis bisa terbawa di alam bawah sadar. Kayak kita bernapas tiap hari.

Ada lima cara mengatasi tiba-tiba KO dalam menulis, yaitu:

1.        Ikut kelas menulis

Banyak hal yang bisa kita dapatkan dari kelas menulis. Contohnya kelas menulis bersama Omjay ini. Selain mendapat ilmu, motivasi, tips dan trik menulis, terkadang kita pun mendapat kejutan tak terduga. https://dittawidyautami.blogspot.com/2020/04/hadiah-kejutan-dari-pgri.html?m=1

Sedangkan tulisan ini adalah tulisan yang mengantarkan Dita mendapat sepaket kurma ruthob dari KSGN dan PGRI. https://dittawidyautami.blogspot.com/2020/04/kisahku-dan-kurma-muda.html?m=1

Saya juga ikut pelatihan belajar menulis on line. Alasannya apa? Karena saya ingin mengetahui tehnik menulis dan cara menerbitkannya agar bisa dibaca orang lain.

 

Saat baru semingguan mengikuti grop belaja menulis on line, ada pengumuman dari Om Jay tentang 9 guru blogger yang menang mendapat hadiah buku dari Penerbit Andi. Ini blog saya yang mendapat hadiah https://ahsanuddin-mtsn2jombang.blogspot.com/2020/09/salah-tafsir.html. Waktu itu momennya hari batik nasional.

2.         Ikut komunitas menulis

Dalam komunitas itulah kita bisa berbagi tulisan dan membaca tulisan orang lain sehingga kemampuan menulis kita pun akan semakin terasah.

Saat ini sudah banyak sekali komunitas menulis yang bisa diikuti. Terlepas apakah komunitas tersebut dibuat khusus untuk guru ataupun umum.

 

Saya juga ikut komunitas WA grop menulis on line. Saya bisa berbagi lewat grop WA tentang tulisan saya. Baik tulisan tugas resume, maupun tulisan tema lain yang lagi saya temukan. Walau tema tersebut kadang menyulitkan saya dalam membuat kalimat menjadi paragraf.

 

Tapi sejak dapat hadiah buku dari Om Jay tentang “Menulislah Setiap Hari dan Buktikan Apa yang Terjadi”, saya menjadi semangat menulis tema yang ada.

 

Kadang saya mencoba memotret apa yang bisa dipotret. Saya coba menuliskannya dalam bentuk kalimat sederhana sampai menjadi paragraf. Tidak ketinggalan browsing google untuk menambah wawasan. Setelah selesai saya share ke grop. Kadang ada yang membaca, walau beberapa orang saja.

 

Di grop saya juga membaca dan mempelajari gaya menulis blog dari anggota. Ada yang gaya cerita, gaya wartawan, dan asyik dech pokoknya bisa belajar dari anggota grop.

3.    Ikut lomba menulis

Dengan mengikuti lomba, kita bisa belajar membuat tulisan dengan berbagai tema dalam waktu yang tentunya sudah terjadwal.

Dita juga pernah sekali dua kali mencoba, alhamdulillah belum menjadi juara. Justru dari situ kita akan sadar dimana letak kekurangan kita. Sehingga dikemudian hari, kita bisa belajar untuk menjadi lebih baik.

 

Saya juga mengikuti lomba. Seperti lomba pada link berikut https://www.gurupenggerakindonesia.com/ikutilah-lomba-blog-dalam-rangka-memeriahkan-bulan-bahasa-dan-sumpah-pemuda/ dan mengikuti lomba “LOMBA MENULIS GURU

PENGALAMAN PJJ di ERA PANDEMI COVID-19 MENYAMBUT HUT KE-75 PGRI DAN HGN 2020”. Tapi belum ada pengumuman saya masuk atau tidak. Yang terpenting semangat menulis saya tidak kondor.

4.    Menulis apa saja yang ada di sekitar/dalam keseharian kita

Tulis saja apa yang ada di sekitar kita atau yang kita alami hari ini.

Ini juga saya lakukan. Kadang pas lagi santai ada gambar menarik, lalu saya potret untuk dijadikan tema menulis.

Di saat menunggu antri pelayanan bank, saya pernah menemukan pamflet tertempel di tembok dekat ATM bank. Saya foto pamfel tersebut dan saya tulis sesuai isinya.

Di grop, Om Jay pernah memberikan foto soerang bayi perempuan mungil cantik, dan anggota diminta membuat tiga paragraf. Om Jay memberikan hadiah bagi yang tercepat. Tapi waktu itu saya belum beruntung. Walau gitu, semangat saya untuk menulis tetap menggebu. Tantangan Om Jay menulis tiga paragraf telah saya penuhi. Ini tulisan blog saya tentang foto bayi perempuan mungil cantik https://ahsanuddin-mtsn2jombang.blogspot.com/2020/10/buah-hati-yang-dinanti.html

 

Kehausan menulis setiap hari saya rasakan, walaupun kadang ada teman yang menertawakan tema yang saya tulis. Pernah ada teman yang menyindir tulisan saya, mungkin dia mengganggap aneh tema tersebut yang tidak biasanya saya geluti. Maklum saya bukan guru bahasa, jadi wajar kalau dianggap aneh menulis sesuatu di luar bidangnya.

5. Menulis apa saja yang kita suka

Tulislah apa yang kita suka. Karena jika sudah suka biasanya bakal awet.

Kebetulan saya suka menanam bunga dan sayuran. Pernah saat itu bunga Wijaya Kusuma lagi mekar. Ketika saya tahu itu, maka saya potret dan dibuat tulisan tentangnya. Secara japri saya berikan hasilnya ke Om Jay. Karena nama Om Jay mirip dengan nama bunga saya tersebut.


Lalu, Dimana Kita Harus menulis?

Kata Dita bahwa ketika ingin menulis, tentu kita butuh medianya. Bagi Dita, menulis itu bisa kita lakukan di : blog, buku harian, HP/laptop, atau platform menulis on line seperti wattpad dan storial.

 Bahkan media sosial pun bisa kita buat sebagai sarana untuk menulis. Menulis dimana saja yang penting rutinkan atau buat target berapa tulisan yang harus dibuat dalam sehari, seminggu, sebulan, dan seterusnya.

 Facebook salah satu media saya untuk menulis. Tapi itu sering, hanya mungkin seminggu sekali. Yang sering saya pakai adalah laptop, karena di samping tampilannya yang besar, bisa sambil mengerjakan yang lain lewat laptop.

 Menulis buku solo atau kolaborasi?

Menurut Dita bahwa kalau menulisnya sudah dilakukan dan dirutinkan, tinggal naik tahap deh. Yuk terbitkan bukunya.

Kumpulan tulisan kita di blog, jurnal harian, serta draft-draft yang ada di laptop atau hp bisa kita bukukan loh. Banyak alumni menulis bersama Omjay yang sudah membuktikan.

Senang sekali rasanya melihat satu per satu semakin banyak yang membuahkan karya tulis dalam bentuk buku.

 Sementara yang saya lakukan masih menulis buku kolaborasi. Ada dua buku kolaborasi yang sedang saya ikuti. Pertama Antologi Pahlawan Hidupku, dan kedua Jejak Digital Motivator.

 Kedua buku kolaborasi tersebut masih proses penyelesaian dan mudah-mudahan bulan ini bisa terbit. Sudah tidak sabar nama saya tercamtum di cover sebagai penulis. Kapan ya bukunya bisa saya pegang dan baca?

Apa Bedanya buku solo dengan kolaborasi?

Dita menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang membedakan saat kita menulis buku solo dan kolaborasi tentunya.

Misal dari tema dan waktu untuk buku solo tentu kita bebas menentukan apa temanya dan kapan mau beresnya. Apakah seminggu, sebulan, menahun?

Sedangkan jika menulis bersama, tentu tulisan yang kita buat harus sesuai tema sesuai ketentuan dan waktunya pun sesuai yang dijadwalkan.

Enaknya kalau kolaborasi dan kita jadi peserta itu, prosesnya sudah ada yang handle. Beda jika kita menulis buku solo. Proses pengajuan ke penerbit dll tentu harus diurus secara mandiri.

Begitu pula dengan biaya. Dengan menulis bersama, biaya yang dikeluarkan bisa lebih murah. Walaupun buku yang dicetak umumnya sesuai jumlah peserta saja (tapi tak jarang ada juga yang dicetak banyak terutama bila diterbitkan di penerbit mayor).

 Sebenarnya saya lebih berminat ke buku solo, karena cuma nama saya yang tertulis di cover. Tapi kesulitannya, saya guru IPA maka tema buku solo apa yang saya tulis? Kalau membuat buku ajar, maka dirasa kaku. Karena buku ajar termasuk non fiksi yang kental dengan aturan ilmiah.

 Tapi tidak apalah saya ikut menulis kolaborasi dulu. Biar ada pengalaman dalam menerbitkan buku walau penulisnya banyak. Untuk buku solo sambil jalan barangkali ada tema yang cocok dengan keilmuan saya.

 Apa yang disampaikan Dita sangat memotivasi saya untuk terus mengembangkan kelancaran menulis. Menulis setiap tema yang ada walau kadang sulit untuk mengembangkannya. Tapi dengan keuletan dan kesabaran, Insyallah ada jalan untuk bisa lancar dalam menulis. Semoga bisa terwujud. Aaamiiin.

Ini beberapa gambar karya Dita :












Komentar

  1. Mantap Ust resumenya tampilan blog semakin baik sukses terus

    BalasHapus
  2. Waaah hebat!!! Pengalaman menulisnya sudah banyak! Sudah dipraktikkan semua dalam keseharian. Kereeen ....

    "walaupun kadang ada teman yang menertawakan tema yang saya tulis. Pernah ada teman yang menyindir tulisan saya, mungkin dia mengganggap aneh tema tersebut yang tidak biasanya saya geluti." Ini nih, salah satu syarat jadi penulis : harus siap mental dan tahan banting dikomentari orang. Harus mampu mengubah kritik pedas seperti keripik kres kres yang enak dimakan. Menjadikannya pembelajaran untuk lebih baik.

    Keren Pak 👍🏻 terima kasih sudah membuat resumenya

    BalasHapus
  3. Resumenya renyah dan lengkap .sukses selalu..

    BalasHapus
  4. Resumenya lengkap pak, sukses pak, tetap semangat.

    BalasHapus
  5. Sudah dilakukan semua. Luar biasa. Kalau ada yg nyindir suruh nyandar aja pak. Biar enak hehe

    BalasHapus
  6. Resume lengkap dan informatif,sukses selalu

    BalasHapus
  7. Udah kehabisan kata-kata nih ...👍👍

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGAPA HARUS MENULIS

SURGALAH UPAHNYA

KATA ADALAH SENJATA

PANDEMI MEMBAWA BERKAH

MIRIP SINYAL GAWAI

MENULIS SEMUDAH UPDATE STATUS

PUCUK DICINTA ULAM TIBA

BLOG MEDIA DOKUMENTASI

TIADA KATA TERLAMBAT

SANTRI SEHAT INDONESIA KUAT